Friday 19th April 2024,

NU Bukanlah Kerumunan Massa, Tapi Kebangkitan Generasi Ulama

NU Bukanlah Kerumunan Massa, Tapi Kebangkitan Generasi Ulama
Share it

ASWAJADEWATA.COM | 

Oleh: Dadie W. Prasetyoadi

Sesuai namanya saat didirikan oleh Hadratussyech KH. Hasyim Asy’ari, Nahdlatul Ulama memiliki arti lingual Kebangkitan Ulama. Artinya, para ulama Nusantara pada masa kolonial Belanda merasa bahwa ilmu yang mereka dapatkan sekembalinya dari petualangan akademis hingga sampai tanah suci tak akan memiliki manfaat jariyah bila tidak diamalkan.

Kondisi masyarakat Indonesia di banyak wilayah khususnya jawa yang saat itu memprihatinkan membuat para ilmuwan agama Islam (ulama) tidak bisa tinggal diam. Akhirnya maraklah pesantren-pesantren mereka dirikan dengan tujuan sederhana, yaitu mengajar dan mendidik generasi berikutnya untuk dapat memiliki wawasan keagamaan Islam secara akademis seperti yang mereka dapatkan saat belajar di kota suci Mekkah.

Metode pembelajaran ala madrasah diperkenalkan dengan berbagai modifikasi yang dilakukan menyesuaikan dengan budaya pendidikan pra kolonial pada masa Wali Songo. Tujuannya adalah untuk meningkatkan intelektualitas masyarakat sehingga dapat terbebas dari pembodohan yang dilakukan bangsa kolonial saat itu.

Keterkaitan hubungan sanad keilmuan yang erat membuat para ulama dari berbagai daerah dapat dengan mudah menyatukan langkah dalam gerakan pendidikan ini. Sejarah masuknya Islam di Nusantara lewat metode dakwah Wali Songo yang disampaikan di pesantren-pesantren sangat berpengaruh membentuk karakter para santrinya. Ideologi Kebangsaan atas dasar kesamaan nasib dan pemahaman Islam moderat yang langsung dipraktekkan dalam keseharian membentuk kesadaran akan pentingnya faktor persatuan untuk dapat hidup sebagai satu bangsa yang merdeka.

Mengusung pemahaman Islam moderat, otomatis mayoritas umat muslim Nusantara tidak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan umat pemeluk agama lain di setiap daerah. Bahkan terbukti sangat efektif dalam proses akulturasi berbagai unsur budaya dari bermacam latar belakang perbedaan yang terkadang berbenturan.

Ditunjukkan dengan dapat berlangsung dan terjaganya kegiatan keagamaan masing-masing secara damai, bersama-sama, tanpa konflik berarti. Pergerakan menuju usaha kemerdekaan mulai muncul disetiap daerah, kebanyakan dimotori kalangan ulama dan santri tersebut. Hingga akhirnya tercapai kesepakatan untuk hidup sebagai satu bangsa dalam bingkai NKRI.

Generasi demi generasi ulama terlahir setelah wafatnya Hadratussyech KH. Hasyim Asy’ari dengan warisan keharmonisan hubungan masyarakat antar umat beragama. Dari setiap generasi sesudahnya itu muncul ulama-ulama pewaris ilmu beliau yang selalu merawat makna ‘kebangkitan’ yang terkandung dalam barisan jami’ah Nahdlatul Ulama.

Maka tidaklah mengherankan jika hingga hari ini Nahdlatul Ulama tetap kokoh berdiri walau kerap diguncang ombak dan gelombang dinamika politik di setiap era berdirinya NKRI. Marwah perjuangan tanpa henti yang menjadi nafas organisasi senantiasa melahirkan semangat bertahan dalam makna kebangkitan itu sendiri.

Karena dalam kebangkitan, sejatinya tidak ada istilah untuk tumbang dan tertidur kembali…

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »