Friday 19th April 2024,

Pemilu 2019 Sebagai Proses Pendewasaan Demokrasi Bangsa

Pemilu 2019 Sebagai Proses Pendewasaan Demokrasi Bangsa
Share it

ASWAJADEWATA.COM – Seperti habis lari beratus-ratus kilometer, nafas ini tersengal-sengal ketika tiba di tempat yang dituju. Mata berkunang-kunang karena kurangnya asupan oksigen di otak kita, otot pun terasa nyeri berdenyut kendurkan kekagetan karena dipaksa menegang.

Namun semua itu tak dapat memupus rasa lega dan bahagia dikarenakan sudah tercapainya tujuan perjuangan yang dilalui dalam perjalanan itu. Sampainya kita pada pintu akhir yang akan membawa kita masuki suasana baru sanggup melupakan kita akan beratnya medan yang telah ditempuh, dimana kita selama itu menggunakan banyak energi yang menguras emosi hingga ke titik dasar kesabaran.

Pemilu 2019 telah memasuki tahap akhir, pemilihan telah dilakukan setiap warga negara yang berhak walau belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak yang harus diperbaiki, penghitungan suara tengah dilangsungkan. Banyak spekulasi bermunculan sebelum proses pencoblosan dilaksanakan beberapa hari sebelumnya. Dari masalah keamanan yang rawan hingga terganggunya kegiatan pencoblosan yang bersifat teknis. Aspek psikologis masyarakat juga diprediksi akan terpengaruh oleh tensi persaingan para calon yang diusung, khususnya capres dan cawapres.

Banyak yang menganggap bahwa pilpres kali ini adalah pertarungan habis-habisan antara berbagai ideologi, walau kadang tidak semua para pendukung masing-masing calon memahami dengan tuntas definisi dan esensi ideologi yang mereka perjuangkan. Banyak yang hanya terpancing oleh narasi-narasi negatif yang muncul di media, khususnya media online.

Sehingga dasar yang dipakai oleh para pemilih untuk menjatuhkan pilihannya adalah lebih karena faktor ketidaksukaan atas pasangan calon, hasil disinformasi massive yang didapat sebagai langkah strategi  untuk mendiskreditkan lawan. Kekurangan dan segala nilai minus mereka berusaha di-netralisasi dengan menyerang lawan melalui info-info negatif yang dibesar-besarkan dan terkadang dibumbui sedemikian rupa agar semua perhatian masyarakat beralih dan tidak terfokus pada kekurangan mereka sendiri. Dan langkah ini terlihat cukup berhasil dengan begitu banyaknya perdebatan opini yang muncul di sosial media, akhirnya membangun sebuah pola identitas dan karakter masing-masing basis pendukung dari kedua belah pihak.

Saling menyerang dan mengkonter setiap peristiwa dengan informasi, baik sesuai fakta maupun tidak yang mewarnai jagat media online itu jadi suguhan keseharian masyarakat sejak hampir setahun ini. Nalar dan logika bersentuhan dengan emosi mempengaruhi pola hubungan dalam masyarakat, mengikis rasa kebersamaan sebagai bangsa, belum lagi ideologi-ideologi penumpang gelap dalam baju agama yang setelah dinyatakan terlarang karena dipandang berpotensi membawa kerugian seperti di negara-negara Timur Tengah masih ngotot untuk menunjukkan eksistensinya di negeri ini.

Di luar dari semua proses yang telah dijalani tersebut, Indonesia sekali lagi menunjukkan kekuatannya sebagai bangsa yang sarat pengalaman dalam mengelola potensi konflik. Kedewasaan berdemokrasi mulai tumbuh sejak lebih dari dua puluh tahun lalu, generasi inilah yang akan membawa masa depan Indonesia ke jenjang lebih tinggi. Hanya saja mereka harus dibekali pengetahuan yang cukup tentang asal usulnya, bagaimana menumbuhkan rasa keterkaitan sejarah budaya pra revolusi, kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan era reformasi yang melatar belakangi kondisi negara ini sekarang adalah tugas bersama setiap warga negara dengan pemerintah.

Apapun hasil pemilu 2019 ini, hendaknya dapat menjadi landasan bangsa Indonesia agar semakin membuka mata terhadap situasi dunia. Tetap melangkah maju ke depan dan selalu dapat mengambil pelajaran dari setiap fase yang telah dilalui sebagai bangsa besar dan bermartabat.

Mari ucapkan selamat tinggal bagi kepicikan berpikir yang telah membuat langkah kita tersendat, melupakan setiap perselisihan yang tidak penting, menyikapi kemenangan dan kekalahan secara wajar dan bijaksana. Saatnya untuk kembali merajut persatuan, menciptakan kedamaian dan melanjutkan bekerja membangun negeri yang sama-sama kita cintai ini, sebagai wujud syukur atas nikmat Tuhan yang terlimpah.

Dadie W. Prasetyoadi

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »