Tuesday 16th April 2024,

Rambu-Rambu dalam menebarkan Ilmu

Dadie W Prasetyoadi March 10, 2019 Aswaja No Comments on Rambu-Rambu dalam menebarkan Ilmu
Rambu-Rambu dalam menebarkan Ilmu
Share it

ASWAJADEWATA.COM 

بغية المسترشدين صـ ٨

(مسألة ي) ﻻ ﻳﺤﻞ ﻟﻌﺎﻟﻢ ﺃﻥ ﻳﺬﻛﺮ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﻟﻤﻦ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﻘﻊ ﺑﻤﻌﺮﻓﺘﻬﺎ ﻓﻲ ﺗﺴﺎﻫﻞ ﻓﻲ اﻟﺪﻳﻦ ﻭﻭﻗﻮﻉ ﻓﻲ ﻣﻔﺴﺪﺓ، ﺇﺫ اﻟﻌﻠﻢ ﺇﻣﺎ ﻧﺎﻓﻊ: ﻛﺎﻟﻮاﺟﺒﺎﺕ اﻟﻌﻴﻨﻴﺔ ﻳﺠﺐ ﺫﻛﺮﻩ ﻟﻜﻞ ﺃﺣﺪ، ﺃﻭ ﺿﺎﺭ: ﻛﺎﻟﺤﻴﻞ اﻟﻤﺴﻘﻄﺔ ﻟﻠﺰﻛﺎﺓ، ﻭﻛﻞ ﻣﺎ ﻳﻮاﻓﻖ اﻟﻬﻮﻯ ﻭﻳﺠﻠﺐ ﺣﻄﺎﻡ اﻟﺪﻧﻴﺎ، ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺫﻛﺮﻩ ﻟﻤﻦ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻪ، ﺃﻭ ﻳﻌﻠﻤﻪ ﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻪ، ﺃﻭ ﻓﻴﻪ ﺿﺮﺭ ﻭﻧﻔﻊ، ﻓﺈﻥ ﺗﺮﺟﺤﺖ ﻣﻨﺎﻓﻌﻪ ﺫﻛﺮﻩ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ، ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻭاﻟﺤﻜﺎﻡ ﺗﻌﻠﻴﻢ اﻟﺠﻬﺎﻝ ﻣﺎ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻨﻪ ﻣﻤﺎ ﻳﺼﺢ ﺑﻪ اﻹﺳﻼﻡ ﻣﻦ اﻟﻌﻘﺎﺋﺪ، ﻭﺗﺼﺢ ﺑﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺼﻮﻡ ﻣﻦ اﻷﺣﻜﺎﻡ اﻟﻈﺎﻫﺮﺓ، ﻭﻛﺬا اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻭاﻟﺤﺞ ﺣﻴﺚ ﻭﺟﺐ.

Tidak boleh bagi seseorang memberitahukan suatu ilmu/hukum kepada orang yang dia yakini akan mengentengkan agama sebab mengetahui ilmu/hukum tersebut dan menggunakan ilmu/hukum tersebut untuk sesuatu yang membahayakan atau dilarang agama.

Sebab Ilmu itu ada 2 :
1. Ilmu yang jika diajarkan maka manfaatnya akan merata, seperti ilmu yang wajib diketahui oleh setiap muslim, maka ilmu ini hukumnya wajib diberitahukan kepada setiap orang.
2. Ilmu yang jika diajarkan pada khalayak umum maka akan menyebabkan kemudhorrotan/kerusakan, seperti cara memanipulasi agar terlepas dari hukum wajibnya zakat.

Setiap ilmu/hukum yang sejalan dengan hawa nafsu dan akan menyebabkan hancurnya kehidupan jika diamalkan, maka tidak boleh diberitahukan kepada orang yang akan mengamalkan ilmu tersebut, atau kepada orang yang akan menyebarkan ilmu/hukum tersebut kepada orang lain selainnya, sehingga orang-orang diajarinya tadi mengamalkan ilmu/hukum tersebut.

Jika setara antara manfaat dan bahayanya bila ilmu/hukum itu di beritahukan kepada orang lain, maka dilihat dulu : Jika manfaatnya lebih banyak, maka boleh di ajarkan, jika sebaliknya, maka tidak boleh diajarkan.

Yang wajib diajarkan oleh seseorang kepada orang awam hanyalah menyangkut hukum-hukum dhohir saja, yang wajib diketahui oleh setiap orang, seperti aqidah, sholat, puasa, begitu juga haji, bukanlah hukum-hukum furu’iyyah (yang mendalam/cabang) dari hal-hal diatas.

Refrensi : Bughyatul Mustarsyidin, hlm 8

t.me/fiqhkontemporer

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »