Saturday 20th April 2024,

Tradisi Safaran, Cara Kampung Kecicang Islam Merawat Keberagaman

Tradisi Safaran, Cara Kampung Kecicang Islam Merawat Keberagaman
Share it

ASWAJADEWATA.COM | Tradisi menyambut datangnya Bulan Safar di Kampung Kecicang Islam selalu diadakan dengan spesial setiap tahunnya.

Ribuan warga dari Kampung yang terletak di kecamatan Bebandem, Karangasem itu menggelar doa bersama di Jalan Veteran (Jalur Sebelas)  Rabu (16/10) sore.

Pada acara yang diadakan tiap tahun tersebut juga menjadi ajang untuk menyampaikan pesan perdamaian sekaligus menolak radikalisme dalam beragama bagi warga masyarakat Karangasem secara umum.

Jajaran Muspida Karangasem terlihat turut hadir berbaur bersama masyarakat. Dalam acara tersebut selain menggelar acara doa bersama, juga menampilkan berbagai kebudayaan Kampung Kecicang Islam.

Sebutlah salah satu yang paling terkenal disana yaitu tarian Rudat. Tarian ini  ditampilkan oleh para pemuda dengan iringan musik rebana. Tarian tradisional yang asalnya dari pulau Lombok NTB ini menampilkan gerakan-gerakan silat dan biasanya dijadikan sebagai tarian penyambutan tamu pada berbagai acara resmi. Warga kampung Kecicang Islam memang sebagian besar adalah merupakan keturunan suku Sasak (Lombok), sehingga mereka tidak asing lagi dengan tarian tersebut.

Kemudian acara dilanjutkan dengan menggelar doa bersama memohon kepada Tuhan agar dijauhkan dari marabahaya, juga berdoa untuk keutuhan NKRI. Kegiatan ini diadakan dengan tujuan untuk tetap menjalin kerukunan antarumat beragama di Karangasem melalui sisi istiadat dan budaya.

Ahmad Fauzi, Ketua Panitia Kegiatan menuturkan, acara tersebut merupakan acara tahunan. Kali ini, misi yang diangkat bagaimana masyarakat Kecicang bisa bersih dari unsur radikalisme beragama yang bisa menjadi ancaman keutuhan NKRI.

“Hidup di Indonesia yang terdiri dari berbagai golongan mulai agama, ras merupakan warisan nenek moyang yang harus dijaga,” tutur Fauzi seperti dilansir dari radarbali

Dengan momen ini, diharapkan pesan tersebut bisa tersampaikan secara menyeluruh agar masyarakat terhindar dari pengaruh-pengaruh paham intoleran.

“Karena akan sangat merugikan, jadi harus ditangkal. Selain itu juga agar terhindar dari bahaya narkoba,” harap Fauzi.

Makan bersama seluruh warga menjadi penutup acara tradisi Safaran ini. Kuliner khas seperti ketupat dan jajanan bantal selalu disajikan pada setiap acara besar di kampung tersebut. (dad)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »