Friday 19th April 2024,

Tuhan Mengetuk Hati

El Muhammad September 19, 2019 Hikmah No Comments on Tuhan Mengetuk Hati
Tuhan Mengetuk Hati
Share it

ASWAJADEWATA.COM | 

Tuhan mengetuk pintu hati sesuai kondisi hati kita. Jika kondisi pintu hati kita mudah terbuka artinya Tuhan mengetuknya pelan dan lembut. Tapi, jika kondisi pintu hati kita sulit terbuka maka Tuhan mengetuknya dengan keras dan kasar.

Ketika tertimpa masalah atau ujian yang hebat dan berat, besar kemungkinan kondisi pintu hati kita sedang sulit dibuka, sehingga Tuhan membukanya dengan ketukan yang keras dan kasar melalui ujian atau masalah yang besar itu, agar pintu hati kita terbuka kemudian kita sadar bahwa selama ini kita salah.

Sebagaimana ketika kita hendak membuka pintu. Jika pintunya gampang dibuka, maka kita akan membukanya dengan pelan dan lembut. Tapi, jika pintunya ternyata sulit dibuka, semisal pintunya karatan sehingga harus dipaksa, maka cara membukanya keras dan kasar. Namanya juga dipaksa. Jadi, hati kita yang karatan ini juga butuh dipaksa agar pintunya terbuka.

Sesungguhnya, hati kita selalu terbuka dan terus berbisik di saat hati tak berkenan dengan apa yang kita lakukan. Jika hati kita masih berbisik pada kebaikan maka dengarkanlah dan ikutilah. Khawatir hati kita sampai tidak mau berbisik karena kita selalu mengabaikannya. Atau, hati kita sebenarnya sudah berbisik atau bahkan sampai menjerit, tapi karena hati kita tertutupi oleh keburukan yang terus kita lakukan, kita pun tak pernah mendengar bisikan hati. Sehingga, sudah menjadi hal biasa melakukan keburukan.

Pasti, bagi hatinya yang masih bersih, tidak terlalu ditutupi oleh berbagai keburukan, kita mendengar ada bisikan yang mengajak kita agar melakukan ketaatan ketika kita malas melakukannya. Ketika kita mau melakukan keburukan, hati kita yg masih bersih akan menolak untuk tidak melakukannya. Atau sudah terlanjur melakukan, tapi hati terus berbisik sampai menjerit untuk menyatakan bahwa apa yang kita lakukan salah dan harus berhenti. Begitulah ketika hati kita selalu terbuka.

Maka dari itu, ada orang yang menyadari kelakuan buruknya ketika sedang melakukan dan langsung berhenti. Ini bagi orang yang hatinya masih terbuka dan berbisik enggan dan orang terbut mendengar dan menyadarinya. Ada orang yang menyadari kelakuan buruknya setelah dia melakukannya. Ini bagi orang yang hatinya sebenarnya sudah berbisik enggan, tapi karena orang tersebut enggan juga mengikuti kata hatinya, dia menjadi sadar setelah melakukan. Mungkin hatinya sudah mulai tertutupi oleh dosa-dosa sehingga sulit untuk sadar seketika hati berbisik enggan. Ada orang yang tidak menyadari kelakuan buruknya hingga meninggal. Ini bagi orang yang hatinya sudah tertutup total dan tidak bisa berbisik alias sudah mati. Nau’dzubillah.

Sungguh tidak sedikit orang berhenti melakukan keburukan di tengah jalan, itu karena hatinya terus menjerit hingga hidayah pun datang membuka hatinya. Di saat kita hendak melakukan sesuatu yang buruk, dalam hati sering merasa enggan. Hati kita merasa tidak nyaman ketika melakukan suatu keburukan. Kita juga sering mendengar ada orang terpaksa melakukan keburukan tapi hatinya terus mengingkari. Semisal ada maling yang kemudian mengakui bahwa perbuatannya tidak benar.

Begitulah tanda-tanda hati kita masih hidup dan terbuka. Jelasnya, jika melakukan sesuatu yang melanggar aturan agama, hati kita merasa tidak nyaman dan enggan atau biasanya disebut “ini kok bertentangan dengan hati, ya?!” Itulah tanda hati kita masih hidup atau bernafas ingat kepada Allah. Sebaliknya, jika hati kita sudah tak lagi enggan bahkan sudah merasa nyaman saja ketika melakukan sesuatu di luar agama alias kedurhakaan, itu sudah alamat hati kita mati.

Maka dari itu, jika kita mendapatkan masalah atau musibah besar, kemungkinan tujuannya untuk mengetuk hati kita yang tertutup dan menghidupkan hati kita yang mati. Dengan musibah atau masalah yang besar, hati kita akan terketuk lalu terbuka untuk menyadari akan semua hal yang selama ini kita abaikan. Dengan musibah atau masalah yang besar, akan membuat kita tersungkur sadar karena selama ini kita merasa tinggi dan sombong. Dengan musibah atau masalah yang besar, hati kita tahu bagaimana rasanya sabar dan tawakkal kepada Allah.

 

Oleh: Muhammad Taufiq Maulana. S.Sy, M.H
(Aktivis Literasi NU)

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »