Friday 19th April 2024,

11 Ramadhan adalah Sejarah Wafatnya Sayyidah Khadijah

11 Ramadhan adalah Sejarah Wafatnya Sayyidah Khadijah
Share it

ASWAJADEWATA.COM

Khadijah binti Khuwailid merupakan istri pertama Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya menjadi penopang dakwah Nabi, Khadijah juga merupakan perempuan pertama yang dapat merasakan jiwa Nubuwah (kenabian) pada diri suaminya.

Sejak muda, Muhammad mempunyai kebiasaan merenung dan menyepi. Kebiasaan ini tidak meskipun Muhammad sudah menikah dengan Khadijah. Para Sejarawan mengistilahkan kebiasaan Nabi tersebut dengan upaya pencarian dan kegelisahaan spiritual. Dalam keadaan yang sering gelisah dan menyendiri itu, Khadijah adalah pelipur dan penenang Muhammad yang paling utama.

Awal pertemuan dengan Nabi Muhammad, Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (1980) mengungkapkan, Khadijah saat itu menyebarkan kabar bahwa dirinya bermaksud memberi upah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya ke Syam. Kebetulan, Muhammad dengan pamannya itu pernah mengadakan perjalanan ke negeri tersebut tatkala berusia 12 tahun.

Muhammad yang saat itu umurnya sudah beranjak 25 tahun didorong oleh pamannya, Abi Thalib untuk mengambil kesempatan tersebut sebagai tambahan rezeki karena kondisi ekonomi pamannya itu tidak mencukupi. Sebelumnya, Muhammad telah menjalani pekerjaan sebagai penggembala agar memperoleh rezeki dari kambing-kambing yang digembalakan.

Pertemuan Khadijah dengan Muhammad di awali dengan laporan Maisarah, seorang perempuan budak milik Khadijah. Maisarah menceritakan sosok Muhammad kepada Khadijah bahwa pemuda tersebut berwatak halus dan tinggi budi pekertinya.

Khadijah semakin tertarik bahwa barang dagangan yang dibawah Muhammad laku dengan untung besar karena begitu amanah. Muhammad lebih banyak mendatangkan keuntungan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya.

Dalam waktu singkat, kegembiraan Khadijah tersebut telah berubah mejadi rasa cinta sehingga dia yang kala itu sudah berumur 40 tahun tertarik untuk menikahi Muhammad. Sebelumnya, beberapa pemuka Quraisy pernah melamar Khadijah, tetapi semua ditolaknya. Khadijah yakin bahwa pemuka-pemuka tersebut melamar hanya karena memandang hartanya.

Awalnya Muhammad juga tidak yakin karena beliau merasa tidak punya apa-apa sebagai persiapan perkawinan. Setelah diyakinkan seorang bernama Nufaisa bahwa Khadijah menaruh hati kepadanya dan mau menikahinya, Muhammad hanya bertanya, “Dengan cara bagaimana saya (menikahi Khadijah)?” Akhirnya keluarga dari kedua belah pihak bertemu untuk menentukan tanggal perkawinan.

Sejak menikah dengan Khadijah, Muhammad semakin dermawan kepada para fakir miskin dan budak. Perilaku ini sesungguhnya sudah ada sejak Muhammad belum menikah dan menjadi semakin intens ketika ia berumah tangga.

Muhammad berumah tangga dengan Khadijah selama kurang lebih 25 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, mereka dikaruniai enam anak yaitu dua putra dan empat putri. Dua putra mereka dinamai Qasim dan Abdullah, sementara empat putri mereka adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.

Ringkasnya, dua puluh lima tahun rumah tangga Nabi Muhammad dan Khadijah diliputi kebahagiaan dan keriangan. Dan selama itu pula Muhammad tidak mengambil istri lagi. Baru setelah Khadijah meninggal, ia memilih poligami. Ini berarti periode poligami Muhammad lebih singkat (hanya 12 tahun) dibanding masa monogaminya.

Ringkas kisah, Ummul Mukminin, Siti Khadijah menghembuskan nafas terakhir di pangkuan Rasulullah SAW. Siti Khadijah wafat pada hari ke-11 bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Yatsrib (Madinah). Khadijah wafat pada usia 65 tahun saat usia Rasulullah sekitar 50 tahun. (NU Online)

 

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »