Thursday 18th April 2024,

Bhinneka Tunggal Ika, Refleksi Pemikiran Seorang Filsuf Moderat Nusantara.

Bhinneka Tunggal Ika, Refleksi Pemikiran Seorang Filsuf Moderat Nusantara.
Share it

ASWAJADEWATA.COM – Sosok Mpu tantular yang pada masanya  merupakan seorang filsuf muda visioner dengan latar belakang bangsawan adalah seorang pribadi unik, anti kemapanan dan terkesan funky. Dalam kegundahan hatinya dalam mengamati jatuh bangunnya kerajaan-kerajaan di Nusantara pada masa itu lahir karyanya yang sangat fenomenal yaitu ‘Kakawin Sutasoma’. Walaupun tak dapat dikatakan sebuah karya yang indah dari segi sastra, atau bahkan dapat dikatakan pragmatis, namun Sutasoma ini mengandung hasil pemikiran yang dalam atas kondisi sosial masyarakat pada waktu itu. Khususnya pertentangan horizontal masyarakat yang terkait dengan perbedaan pemahaman agama (Ciwa dan Ciwa-Budha). Konflik  ini tidak saja hanya berhenti pada tatanan sosial masyarakatnya  saja, tapi sudah menjangkiti  kalangan politisi-politisi kerajaan sehingga menggangu stabilitas pemerintahan. Banyak intrik-intrik politik yang tak sehat dijalankan oleh petinggi-petinggi kerajaan Kediri, hingga pembunuhan-pembunuhan antar keluarga kerajaan dalam berebut kekuasaan yang akhirnya meruntuhkan kerajaan Kediri yang kemudian disusul dengan berdirinya Kerajaan Majapahit.

Kalimat ‘Bhinneka Tunggal Ika’ adalah inti pemikiran Mpu Tantular yang ditemukan oleh Bung Karno dalam kakawin Sutasoma saat merumuskan filosofi ideologi bangsa bersama para founding fathers Indonesia lainnya, yang dinilai sesuai untuk ditetapkan sebagai landasan dalam menyatukan kemajemukan yang sangat kompleks di wilayah nusantara ini, khususnya hal-hal yang mendasar seperti perbedaan etnis dan agama.

Harapan Bung Karno dan tokoh-tokoh  lain itu tak bukan adalah agar bangsa ini senantiasa dapat berkaca diri pada sejarah kelam keruntuhan kejayaan Nusantara di masa lalu. dari masa kerajaan sebelum Majapahit hingga kerajaan Demak. Walaupun sejarah ini sangat tidak membanggakan, namun dapat menjadi rujukan sebagai tonggak pegangan dalam merawat persatuan, dan menjaganya untuk dapat tetap menaungi kehidupan bernegara dari sebuah bangsa multi etnis yang terbesar di dunia ini.

Generasi millennial Indonesia saat ini yang mungkin sangat asing dengan makna Bhinneka Tunggal Ika itu harus segera dikenalkan dan diajari melalui contoh-contoh yang ditunjukkan oleh generasi sebelumnya. Dengan menerapkan sikap toleransi dalam kehidupan berbangsa, tanpa harus meninggalkan sikap konservatif dalam berbudaya dan beragama. Sesuai karakter dan jatidiri setiap etnis yang ada di wilayah Nusantara, dengan tetap saling menghargai dan memaknai setiap perbedaan itu sebagai bunga-bunga indah yang mewarnai sendi-sendi kehidupan dalam sebuah taman terindah di dunia  bernama Indonesia.

(dad)

thisisdadie

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »