Wednesday 24th April 2024,

Abi Shihab: Pililah Ustadz yang Moderat, Anda Tidak akan Mendengar Makian

Abi Shihab: Pililah Ustadz yang Moderat, Anda Tidak akan Mendengar Makian
Share it

ASWAJADEWATA.COM

Seiring gencarnya media sosial, maraknya juga orang-orang memanfaatkannya. Tidak terkecuali para da’i atau ustadz yang menggunakan media sosial sebagai media dakwah. Bahkan orang yang tidak memiliki kompeten dalam berdakwah ikut-ikutan meramaikan media sosial dengan konten dakwah bahkan sampai berfatwa.

Akibatnya, para netizen tidak bisa membedakan mana orang yang memang ahli dan layak dijadikan rujukan dalam menyampaikan dakwah dan mana orang yang tidak ahli dan pantas didengar dakwah dan fatwanya. Netizen hanya paham, jika orang itu mengenakan pakaian bersurban, berjubah, berpeci ditambah dengan mengutip satu ayat atau hadits sudah dianggap ustadz.

Parahnya, hanya dengan satu dalil orang yang bermodel ustadz tersebut tidak jarang menyalahkan dan menyudutkan orang lain. Dia berteriak keras dengan kata-kata yang tidak pantas, seolah dirinya yang paling benar dan orang yang berbeda dituduh salah dan sesat. Benarkah demikian seorang ustadz menyampaikan dakwah? Atau bagaimana para netizen atau jamaah memilih seseorang sebagai rujukan belajar agama?

Pada suatu kesempatan, dalam video channel you tube Najwa Shihab yang berjudul “Islam Wasathiyyah, Islam yang di Tengah”, Abi Shihab menyamapikan, “Pililah ustadz yang menganut paham wasathiyah, Anda tidak akan mendengar makian”

Seseorang yang menyampaikan dakwahnya dengan dasar pemahaman wasathiyah atau moderat, tidak akan mudah menyalahkan orang lain. Apalagi sampai mengklaim orang yang berbeda dengan kata-kata yang tidak layak, seperti caki maki. Karena menurut Abi Shihab, orang yang menganut paham wasathiyah, “Dia paham bahwa ini boleh, ada alasannya. Itu juga boleh, ada alasannya”

Abi Shihab menggambarkan tentang prinsip wasathiyah beragama yang tidak gampang main klaim orang lain yang berbeda dengan analogi, “Saya selalu berkata, dalam rincian ajaran agama Tuhan tidak bertanya lima tambah lima berapa? Jawabannya sepuluh ya! Yang Tuhan tanyakan, bisa sembilan tambah satu, delapan tambah dua, tujuh tambah tiga, enam tambah empat, bisa bermacam-macam. Begitulah kita beragama”

Orang yang mudah menyalahkan orang lain, klaim sesat orang lain, karena dia tidak memiliki ilmu yang luas. Atau karena dia memang tidak kompeten dalam ilmu agama. Mungkin juga memiliki ilmu tetapi pemahamannya kaku dan sempit. Jika seseorang memiliki ilmu dan pemahaman yang luas, tidak akan mudah menyalahkan orang lain. Kata Abi Shihab, “Semakin luas pengetahuan seseorang, semakin besar toleransinya”

Oleh sebab itu, pililah rujukan belajar agama kepada orang yang ilmunya luas, dengan pembuktian dia tidak mudah menyalahkan orang lain yang berbeda. Tentunya juga, tidak berkata buruk kepada orang lain dalam setiap dakwahnya. (Gus Tama)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »