ASAWAJADEWATA.COM |
One love
One blood
One life
You got to do what you should
One life
With each other
Sisters and my brothers
One life
But we’re not the same
We get to carry each other, carry each otherOne, one
One, oneOne
One love, one life(bagian lirik lagu One – U2)
Hingga kini lagu yang ditulis mereka atas dasar keprihatinan dan banyaknya aksi kekerasan kemanusiaan di dunia yang berangkat dari sikap intoleransi antar kelompok lalu meluas menjadi pemicu perang antar negara menjadi terasa sangat relevan di situasi hari ini.
Tak saja U2, sebelum dan sesudah era mereka banyak lagi grup musik dunia dari segala genre baik pop, rock, punk, jazz, reggae, R &B, Hip Hop, dan lainnya selalu saja mengangkat tema perdamaian dan kemanusiaan pada lagu-lagu yang mereka ciptakan. Ini menandakan bahwa issue intoleransi menjadi bagian inspirasi para seniman di sepanjang masa.
Mengetahui bahwa diri mereka memiliki jutaan fans fanatik di seluruh dunia yang menjadikan mereka panutan, membuat band-band ini merasa memiliki tanggung jawab moral dalam menyampaikan ekspresi seninya lewat lagu yang diciptakan.
Walaupun tidak secara langsung terlihat, pengaruh musik mereka membangun pola pikir penggemarnya menjadi satu pemahaman yang disepakati bersama tanpa sadar. Terlihat bagaimana dalam sebuah konser grup musik dunia dimanapun, puluhan bahkan ratusan ribu fans yang menyaksikan larut dalam suasana tak terlukiskan. Ada kegembiraan, cinta, kesedihan, keprihatinan yang sama disana, terpancar membentuk sebuah energy positif dari bermacam perbedaan ras, bangsa, bahkan keyakinan. Seiring setiap alunan lagu yang dinyanyikan.
Rasa sebagai satu bagian utuh dunia menguat bersama mengaburkan setiap potongan pixel perbedaan yang ada. Perbedaan tersebut selamanya tak akan pernah bisa hilang, hanya melebur untuk dapat saling melengkapi selayaknya tujuan terciptanya dunia dan seisinya.
Suasana perasaan itu bisa terbawa tanpa batas waktu hingga bertahun-tahun lamanya, bahkan membawa pengaruh pada penggemarnya dalam perjalan kehidupan mereka di kemudian hari.
Betapa kuat efek yang membekas dari pesan sederhana sebuah lagu dengan durasi rata-rata 3 sampai 5 menit itu merubah sikap hidup pendengarnya adalah bukti bahwa seni dan budaya Pop yang oleh sebagian orang dipandang sebelah mata dan terkesan glamour ternyata memiliki sisi lain yang sanggup menumbuhkn rasa empati mendalam atas persoalan mendasar kita semua, yaitu keengganan menerima entitas perbedaan yang ada dalam segala hal sebagai bagian dari keindahan seluruh alam dan makhluk ciptaan Tuhan.
Penulis: Dadie W. Prasetyoadi