ASWAJADEWATA.COM-Guyonan itu bagaikan embun yang menyejukkan-menyegarkan hati dan pikiran. Di saat penat, lelah, jenuh, bosan, gelisah, duka, derita, sedih dan gundah menguasai pikiran dan hati, maka goyunan mampu menjadi penawar semua rasa ‘negatif’ itu.
Ketika seseorang lelah dari kerja dan pikirannya menjadi penat, ketika seseorang sedih karena kecewa atau kehilangan, ketika suatu forum diskusi atau kajian suasananya tidak asyik dan membosankan, semua sesuatu itu akan menjadi cair dengan guyonan.
Namun, tidak semua kalangan merasakan bahwa guyonan merupakan embun yang menyegarkan hati dan pikiran untuk kondisi tertentu. Bahkan ada yang fanatik, guyonan itu tidak ada manfaatnya dan bisa merusak hati.
Oleh sebab itu, perlu dipahami tentang guyonan seperti apa yang bermanfaat. Karena memang ada goyuonan yang tidak ada manfaatnya bahkan ada yang mudharat. Seperti goyunan orang yang tidak tau situasi dan kondisi. Kalau lagi shalat, ya jangan guyon lah.
Guyonan yang bermanfaat tentunya guyonan yang positif, yang benar-benar memberi kesegaran bagi pikiran dan hati. Bagi seorang komedi, guyonan menjadi hiburan yang menyenangkan. Bagi seorang guru, guyonan menjadi motivasi belajar dalam kelas. Bagi seseorang ‘alim, guyonan akan menjadi hikmah.
Dan kita seorang manusia yang memliki fitrah merasakan penat, lelah, jenuh, bosan, gelisah, duka, derita, sedih dan gundah tentunya butuh obat untuk menjadi penawar semua rasa ini. Salah satu penawarnya adalah goyunan atau canda. Tentu goyonan yang positif dan bermanfaat.
Paling tidak, dari guyonan itu membuat kita move on dari rasa yang tidak nyaman dalam hati dan pikiran. Kemudian mampu menjadikan bibir kita yang kaku tersenyum. Sangat diharapkan dari guyonan itu kita tertawa, melepas ketidaknyaman hati dan pikiran. Karena tersenyum dan tertawa adalah anugerah yang sanggup menghempaskan semua ketidaknyaman dalam hidup ini.
Ternyata, tidak hanya seorang manusia seperti kita saja yang butuh goyunan, Rasulullah pun butuh goyunan. Sebagaimana yang disampaikan Gus Baha’, “Dulu ketika Rasulullah sedang sumpek, nyari Sahabat yang setengah ngawur-ngawur. Karena Abuk Bakar itu terlalu sopan untuk membuat Rasulullah tertawa” (Link video)
Guyonan yang positif dan bermanfaat yang kemudian menjadi hikmah pasti muncul dari seorang yang ‘alim. Seperti yang dilakukan Gus Baha’ dalam setiap ngajinya. Hikmah dari guyonan dari Gus Baha’ diantaranya:
- Membuat kita menjadi asyik dan rindu menyimak kajiannya.
- Belajar agama kepada beliau menjadi mudah dan menyenangkan.
- Nyaman dengan ketaatan bukan dengan kemaksiatan.
- Wajah Islam penuh dengan senyuman bukan kebengisan.