Saturday 14th December 2024,

Kiai Azaim: Beragama Harus Dengan Cinta

Kiai Azaim: Beragama Harus Dengan Cinta
Share it

ASWAJWADEWATA.COM |

Bershalawat kepada Baginda Nabi, mengundang cahaya cinta Nabi. Ketika seseorang sudah terbiasa membaca shalawat, maka energi cintanya kepada Nabi semakin kuat. Ketika dia punya modal cinta kepada Nabi, maka perintah Nabi akan ditaati dan larangan Nabi akan dijahui.  Disinilah hubungan energi kekuatan shalawat dengan efektivitas pengamalan agama.

Shalawat laksana tetesan embun menyejukkan hati yang gersang. Shalawat bagaikan pelita memancarkan cahaya pada hati yang gelap terselimuti kegelisahan. Shalawat adalah penggerak hati yang terbelenggu oleh jeratan nafsu setan. Shawalat adalah obat bagi hati yang sakit karena teracuni dosa-dosa.

Maka dengan shalawat, kita akan mendapatkan tetesan cinta dari Baginda Nabi. Dengan cinta Nabi, hati kita menjadi tenang, nyaman, dan nikmat dalam kondisi apapun, terlebih dalam beragama. Oleh sebab itu, seseorang yang beragama tanpa diteteskan cinta, maka beragamanya menjadi beban. Semua pengamalan dalam agama menjadi terasa amat berat.

Semisal melaksanakan shalat menjadi sangat berat, berpuasa pun hanya karena -semisal- takut dibuli teman atau tetangganya saat tiba Idul Fitri. Berzakat juga sangat berat dan merasa bahwa harta yang dimilikinya merupakan hasil jerih upayanya sendiri. Sehingga enggan untuk dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

Akibat orang beragama atau megamalkan agama tidak atas dasar cinta, maka -meski- melaksanakan amal ibadah, tujuannya hanya agar mendapatkan pujian dari orang lain. Atau, bisa jadi setiap melakukan ibadah selalu dipublish agar dilihat dan diketahui banyak orang. Sehingga bisa menjadi ‘ujub, riya’ sum’ah atau membanggakan ibadahnya.

Tidak hanya dalam mengamalkan ibadah, bahkan menjalani hidup selalu merasa berat penuh dengan beban kegelisahan dan kerisauan. Namun, jika hatinya penuh dengan cinta, maka apapun yang dilakukan tidak menjadi beban, justru menjadi kenikmatan. Berangkat ke masjid dengan cinta, hadir ke majelis dengan cinta.  Bukan karena malu atau merasa tertekan oleh keterpaksaan.

Ketika hati penuh dengan cinta, maka ibadah akan menjadi kebutuhan. Setiap saat butuh dengan beribadah, karena hatinya dipenuhi dengan rasa cinta yang dahsyat luar biasa. Menjalani hidup pun terasa ringan penuh dengan keriangan.

Shalawat adalah cara untuk menghadirkan cinta kedalam lubuk hati kita. Agar ketika beribadah, yang kita rasakan hanya kenikmatan yang tak sanggup diungkapkan. Dan orang yang mengamalkan ibadah dengan cinta, pasti tidak akan sempat menilai ibadah orang lain apalagi sampai menyalahkan dengan tuduhan atau klaim. Justru dia sibuk memperbaiki ibadahnya sendiri untuk meraih cinta sejati.

Maka, beragamalah dengan penuh cinta, dan cinta itu bisa terwujud dengan bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika cinta menaungi hati kita dalam bergama, maka pengamalan agama menjadi asyik dan nikmat, tidak ada harapan pujian orang lain dan  tidak sempat menilai dan menuduh salah orang lain.

Penulis: M. Taufiq Maulana
(Ketua PW LTN NU Bali)

Tulisan ini merupakan oretan inspirasi dawuh Kiai Azaim dalam ceramah sebagaimana pada link video ini https://www.youtube.com/watch?v=5JdKV2YeGDY&t=2337s

 

 

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »