Friday 11th October 2024,

Konsep Puasa Imam Al-Ghazali yang Awalnya tak Disetujui

Konsep Puasa Imam Al-Ghazali yang Awalnya tak Disetujui
Share it

ASWAJADEWATA.COM

Ada orang yang tidak setuju dengan konsep Imam Al-Ghazali tentang tingkatan puasa; puasa awam, khash dan khawash khawash. Dia berargumen karena tidak sesuai dengan ta’rif/definisi yang terdapat dalam kitab fiqh.

Sebab, standar pemikiran itu dianggap rasional dan sistematis jika antara variabel dengan variabel yang lain sangat terkait secara sistematis. Setiap pengajian atau ceramah, dia selalu menghindari konsep Imam Al-Ghazali tersebut.

Pada akhirnya dia menerima konsep itu tapi dengan kategorisasi; yakni puasa awam adalah puasa dalam level syariah.  Puasa khawash adalah puasa level tarekat dan puasa khawash khawash adalah puasa level hakekat.

Berikutnya, pada malam harinya dia bermimipi naik mobil, dimana mobilnya setelah diparkir jalan sendiri ke arah Timur (Iran). Mobil itu ditahan oleh orang tua pengembala dan mau diganti dengan mobil yang lain.

Sekian lama dia  berdebat dengan pengembala itu karena mobil yang diganti tidak sesuai dengan seleranya. Ternyata mobilnya datang dan di dalamnya ada Imam Al-Ghazali dengan berkata: “Andaikan Islam tanpa pikiranku, maka Islam  tak akan mungkin diterima dunia dan dunia Barat.”

Berdasarkan paparan itu, perspektif ilmu Mantiq bahwa ilmu ada dua, hushuly dan khudhury. Yang pertama bersifat rasional bahwa konsep  puasa tersebut sudah sesuai dengan nalar dan kedua bahwa konsep puasa itu bukan hanya nalar rasional tapi berdasarkan pengalaman (khudhury) yaitu datangnya Imam Al-Ghazali dalam mimpinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ibn Hazm:

ان هذا العلم مستقر في نفس كل نفس ذى لب

Artinya: “Ilmu ini tetap terpatri dalam jiwa setiap orang punya pikiran.” (Al-Manthiq wa Ushul fiqh, Mahmud, hlm. 17).

والله أعلم بالصواب

Oleh: KH. Nawawi Thabrani, Situbondo, 5/05/2020

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »