Menanti Kiprah NU di Abad Kedua

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Dadie W. Prasetyoadi

Waktu itu pun tiba. Setelah perjalanan panjang pembuktian bakti kepada negeri. Nahdlatul Ulama yang puluhan tahun identik dengan kumpulan kaum sarungan, warga pinggiran, tak berpendidikan layaknya masyarakat kota karena selalu berpenampilan begitu-begitu saja, ternyata kini bersinar memendar.

Sarung, sandal jepit atau kadang bakiak, dipadu dengan baju koko tanpa motif plus peci hitam yang kadang ditambah kain sorban hijau dislempangkan di bahu sebagai penanda status sosial. Penampilan kaum lelaki itu tak jauh beda dengan kaum wanitanya. Dengan kerudung sekedar menutupi rambut, mereka dianggap sudah menggugurkan kewajiban syar’i nya.

Era buka-bukaan informasi yang didobrak Gus Dur menjadikan wajah utuh NU sekarang perlahan muncul memperkaya khasanah bangsa. Bagaimana sisi keilmuan yang dikedepankan di kalangan Nahdliyin jadi tolak ukur kemuliaan seseorang dibanding kemilau semu pernik dunia.

Para penggagas gerakan kebangkitan ulama ini dulu sepertinya hanya mempunyai keinginan sederhana. Bagaimana muslim di Nusantara ini dapat menjalankan syariat dan ibadah di tanah kelahirannya sesuai perintah agama dengan aman, nyaman, dan tak terganggu oleh keadaan. Tentunya mereka sadar bahwa hal itu hanya bisa terwujud jika mereka menjadi sebuah bangsa yang merdeka. Selama bangsa ini masih dalam cengkeraman bangsa asing, harapan itu akan tak mungkin dapat terwujud.

Kemerdekaan sebagai satu satunya jalan harus diupayakan sekuat tenaga. Berapapun harganya. Bahkan jiwa raga telah disiapkan untuk berkorban. Sekarang tinggal bagaimana cita-cita itu diwujudkan dalam sebuah gerakan masal.

Para tokoh ulama tradisional yang dimotori Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari itu kerap berkumpul untuk membahasnya. Lewat banyak diskusi, mereka yang dari berbagai karakter berbeda itu membangun sebuah ideologi kebangsaan bersama berlandaskan faham Islam Ahlu Sunnah wal Jamaah sebagaimana disiplin madzhab Syafii yang dianut.

Berangkat dari pemahaman inilah, akhirnya terbentuk organisasi dengan nama Nahdlatul Ulama (Nahdlatoel Oelama), yang setelah melalui berbagai hempasan badai ujian dapat bertahan hingga sekarang, 100 tahun kemudian.

Seratus tahun bukanlah masa yang singkat. Sepanjang waktu itu telah membentuk organisasi ini menjadi raksasa dengan segala kiprahnya. Ide ide cemerlang sebagai tradisi yang tetap terjaga di setiap kepengurusannya tak bisa dipungkiri turut membangun peradaban bangsa, mendampingi rakyat Indonesia menjadi dewasa dalam bernegara, serta senantiasa mengawal nilai-nilai moral dan budaya sebagai modal pemersatu yang terikat dalam Pancasila sebagai azas negara.

Kini di zaman pembaharuan, NU menjelma menjadi pusat perhatian. Tak hanya di Indonesia tapi juga oleh dunia. Dan kiranya waktu itu telah tiba. Pendar cahaya Mercusuar NU telah menyala. Tugas lebih besar telah menantinya di gerbang kedewasaan.

Selamat datang di Abad Kedua Nahdlatul Ulama…

diunggah oleh:

Picture of Dadie W Prasetyoadi

Dadie W Prasetyoadi

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »