ASWAJADEWATA.COM – Mengawali ceramah hikmah Isra’ Mi’raj di Mushalla Al Ikhlas Nusa Dua, Bali Gus Miftah bercerita ketika dakwah ke Australia ditanya oleh warga Australia tentang kisah Isra’ dan Mi’raj yang perjalanannya jauh diluar logika, yang menurut logikanya jarak dan waktu tidak normal yaitu antara Mekkah dan Palestina pada waktu itu. (25/3)
Kemudian beliau melanjutkan bahwa memahami Isra’ Mi’raj itu tidak menggunakan logika, tapi dengan hati. Beliau lalu mencontohkan seekor semut yang ikut beliau karena masuk kedalam saku, naik mulai dari Jakarta pesawat ke Hokaido, Lampung Timur, Jakarta berangkat pagi pulang malam kembali ke Jakarta.
Terjadilah dialog antara semut dan kawan-kawannya, seumpama semut itu bercerita kepada kawan-kawannya, kawannya ini percaya atau tidak. Maka, temannya akan berkata tidak mungkin wong jalanmu pelan mana bisa kesana kemari dengan jarak yang jauh.
Kemudian semut berkata, aku tidak jalan sendiri tapi ikut Gus Miftah. Maka Kanjeng Nabi itu jalan sendiri atau dijalankan? Tanya beliau kepada hadirin. Kemudian apa bedanya “sara” dengan “asra”, “sara” itu jalan sendiri, sedangkan “asra” dijalani. Maka yang menjalankan Rasulullah Isra Mi’raj adalah Gusti Allah. Terang pria yang bernama lengkap Gus Miftah Maulana Habiburrahman
Maka tidak ada yang mustahil bagi Allah, Allah mampu menjadikan orang kaya jatuh miskin, yaitu Qorun, Allah mampu menjadikan raja menjadi terhina, yaitu Fir’aun, dan Allah mampu menjadikan perempuan yang tidak disentuh bahkan menikah dapat melahirkan anak, yaitu Siti Maryam. Tegasnya
Saat ini, dakwah yang bagus adalah membesarkan Allah, bukan membesarkan dirinya. Kemudian pada akhirnya orang Australia tersebut percaya dan mengucapkan syahadat melalui dakwah yang menyenangkan, menggembirakan bukan menegangkan. (Syahrial A)