NU Kini, Bersama Kaum Muda Merangkul dan Merawat Nusantara

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Yuri Mahatma

Kemenag dan MUI sudah kembali ke ” khittah” , ditambah lagi ketua Thariqah dunia juga bersedia menjadi wantimpres. Platform sudah amat lapang, semoga tidak disia-siakan demi terwujudnya Indonesia yang konsisten dan komit terhadap kebhinekaan, yang bertoleransi tinggi sekaligus tetap berTuhan.

Apa sih yang diharapkan dari NU di mata warga negara yang abangan seperti saya ini?. Tidak lain dan tidak bukan, dan juga tidak muluk-muluk, kami (apapun agamanya) ingin Indonesia yang keren! Baik sekala lokal maupun internasional, dunia maupun akhirat. Indonesia yang “kondang” akan komitmennya dalam bertoleransi, modern, terbuka namun memegang teguh budaya dan kearifan lokal. Indonesia yang berdaya saing tanpa harus menjadi atheis ataupun agnostis.

Indonesia yang keren dalam menyikapi perbedaan. Serta dewasa memilah urusan politik dan urusan iman.

NU dengan segala track record organisasi maupun tokoh-tokoh di dalamnya menjadi representasi yang pas bagi bangsa ini minimal dalam hal muamalah (mohon koreksi bila ini bukan istilah yg pas), representasi bangsa dalam ber bhineka. NU memiliki kapasitas yang amat besar untuk menjadi contoh bagaimana seharusnya mayoritas mengayomi dan melindungi minoritas. Menjaga dan menjamin minoritas terpenuhi hak-haknya, memberikan rasa aman dan nyaman bagi kita semua, apapun agamanya.

Toh sebenarnya NU sudah lama melakukan ini, walau dihina, dicerca dan dicaci maki, NU tetap konsisten sesuai fungsi dan kapasitasnya.

Dengan “dikuasainya” MUI dan Kemenag oleh NU, pastinya ini suatu berkah karena merupakan legitimasi bagi NU untuk terang benderang turut menata negara dipersenjatai oleh kewenangan resmi mengeluarkan fatwa dan regulasi. Juga sekaligus cobaan yang berat. Kinerja NU kini menjadi sorotan seluruh rakyat perihal kapabilitas dan komitmennya dalam menata negara terkait urusan hubungan agama-agama.

MUI, sebagaimana banyak dikeluhkan dalam 2 dekade terakhir, diharap tidak lagi menjadi majelis yang gampang berfatwa haram atas hal-hal yang bersifat khilafiah. Serta tidak terjebak memonopoli kebenaran akan hukum fiqh salah satu mahdzab saja. Tentunya NU lebih paham hal ini karena NU sudah mengalami sendiri dimana ulama-ulamanya dan santri-santrinya seperti ditarik – tarik sarungnya oleh orang, untuk mundur kebelakang dan terpaksa sibuk meng-counter debat kusir perkara dalil-dalil, walau NU sudah melewati debat dalil, khilafiah serta fiqh berpuluh tahun lalu.

Kemenag, di mata abangan seperti saya , selama ini tak lebih dari sekedar kementrian urusan haji. Hanya sibuk menjelang musim haji. Ga pernah saya dengar orang-orang di kemenag selain orang Islam yang bersuara. Ada apa ini? Bukankah disana ada perwakilan seluruh agama?.

Semoga Gus Yaqut bisa “mengangkat” mereka untuk bersuara dan berbicara apa yg mereka keluhkan. Permasalahan klasik adalah, tiap terjadi tindak intoleransi, persekusi oleh sekelompok masyarakat Muslim terhadap agama lain, mereka tidak pernah bersuara perjuangkan umatnya (atau bersuara, tapi seolah secara pribadi, tidak pernah terdengar mereka mewakili kemenag) . Kalau begini terus bukankah kemenag semakin terlihat hanya mengurusi agama Islam saja? Rakyat yang non Muslim juga harus paham ada perwakilan mereka di kemenag yang juga harus berjuang mengatasi ini. Sudah waktunya mereka diberi panggung untuk berbicara dan menjelaskan. Mereka tidak boleh diam saja, pasrah seolah itu hal lumrah. Bukankah “membiarkan” terjadinya intoleransi merupakan intoleransi itu sendiri?

Hemat saya, bila di jajaran kemenag benar-benar dapat singkron antar perwakilan agama, saling mengisi dan memberikan masukan, tentu akan baik.

Terakhir, dengan platform di MUI dan Kemenag yang telah dimiliki, kader-kader muda NU harus semakin aktif dan kreatif. Jangan sia-siakan berkah yang didapat. Waktunya Islam NUsantara disuarakan oleh pemudanya, bukan hanya elitnya, dan terdengar di level lokal dan dunia. Dengan idealisme, ilmu yang dimiliki, serta energi anak muda, sayang kalau pemuda NU hanya tampil di acara-acara NU saja.

Saya kok percaya bahwa mungkin ini saatnya yang dimaksud GusDur bahwa anak-anak muda NU akan banyak sekali jumlahnya dan unggul…Semoga segera terwujud.

Selamat Natal bagi saudara-saudaraku yang merayakan…

(Penulis adalah musisi Jazz Bali dan putra H. Mahbub Junaidi Ketua Umum Pertama PMII)

Sumber:Fb Yuri Mahatma

diunggah oleh:

Picture of Aswaja Dewata

Aswaja Dewata

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »