ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Oleh: Dr. Sudarsono, S. Kom.I, M.Pd.I
Keragaman sumber daya manusia adalah realitas yang tidak bisa ditolak. Lebih-lebih dalam konteks ke-Indonesiaan, keragaman sumber daya manusia hal yang sangat nyata. Keragaman tersebut sesungguhnya anugrah dari Allah Swt. Kempimimpinan pada berbagai levelnya penting untuk terus merawat dan menjaga keragaman itu. Kepemimpinan Kiai di Pondok Pesantren Bali Bina Insani Tabanan dan Pondok Pesantren Nurul Jadid Buleleng Bali telah membuktikan diri mampu merawat keragaman sumber daya manusia pada masyarakat sekitarnya. Kempimpinan inklusif dari kedua pimpinan pondok pesantren tersebut telah berhasil merawat dan menjaga keseimbangan di tengah keragaman yang ada di Bali.
Kepemimpinan kiai dalam menjaga keragaman sumber daya manusia di pondok pesantren merupakan tantangan dari tugas lain kiai sebagai pengayom umat di berbagai daerah. Kiai di pesantren memiliki peran ganda, sebagai pengasuh dan sekaligus pemilik pesantren, dalam posisi ini, kiai cukup strategis sebagai pemimpin puncak atau posisi elite pesantren. Sehingga, kiai memiliki kekuasaan dan kewenangan (power and autthority) mutlak yang memiliki sifat determinan dalam segala aspek.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan: 1) Otoritas dan power kiai dalam menjaga komitmen SDM beda agama, 2) Otoritas dan power kiai dalam menjaga kompetensi SDM beda agama, 3) Komunikasi kiai dalam menjaga komitmen dan kompetensi SDM beda agama. Ketiga fokus tersebut diteliti dengan pendekatan teori Kepemimpinan yang dikemukakan Hersey Blanchard, Sthephen P. Robbins, Max Weber, Mark. E. Hanson, Fred Luthan dan pendekatan teori manajemen sumber daya manusia yang dikemukakan Steers, Meyer and Allen, Gary Dessler dan teori yang relevan.
Temuan penelitian ini adalah: 1) Otoritas kiai ditunjukkan dengan melibatkan semua SDM, terbuka, memanfaatkan media organisasi pesantren sebagai perwakilan yang diberi kewenangan. Sementara power Kiai ditunjukkan melalui sikap berani, konsisten, dan pengertian, serta merangkul masyarakat sekitar yang beragama Hindu. 2) Otoritas kiai ditunjukkan dengan: melakukan Stimulus kepada pengelola, membangun kompetensi SDM melalui kegiatan kegiatan work shop, seminar, diklat studi lanjut, dan pemahaman terkait kebangsaan, pengawasan serta pendelegasian. Sementara power kiai terlihat dari adanya upaya membangun kompetensi SDM, merangkul masyarakat sekitar pesantren yang beragama Hindu dan melibatkan mereka dalam kegiatan. 3) Komunikasi kiai dilakukan melalui: pendekatan praktikal, toleran, rendah hati, ringan tangan, menggunakan komunikasi verbal non verbal terkait yang berasaskan demokrasi, menyentuh psikologi, terbuka dan persuasif, serta memanfaatkan saluran media organisasi.
(Tulisan diatas adalah rangkuman Disertasi penulis dengan judul: Kepemimpinan Kiai dalam Menjaga Keragaman Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren Bali Bina Insani Tabanan dan Pondok Pesantren Nurul Jadid Buleleng Bali)