ASWAJADEWATA.COM |
Oleh: Dadie W. Prasetyoadi
Bulan Rabiul Awal adalah salah satu bulan terpenting bagi umat Islam di seluruh dunia. Sebagian besar dari mereka menyambut datangnya bulan ini sebagai ungkapan rasa cinta terhadap Nabi Muhammad Saw, manusia terpilih penyampai risalah keislaman bagi seluruh umat manusia.
Peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw dilakukan dengan cara berbeda di berbagai wilayah di seluruh dunia. Biasanya dirayakan sesuai dengan tradisi dan budaya setempat yang diwariskan turun temurun. Walaupun caranya berbeda, namun di setiap peringatan pasti tak ketinggalan lantunan shalawat atas Nabi dan kadang diikuti dengan syair-syair sejarah kelahiran beliau (Manakib). Di Indonesia dikenal dalam kitab-kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lainnya.
Hanya saja kebahagian umat Islam di seluruh dunia dalam menyambut kelahiran Nabinya di tahun ini agak terusik. Pemicunya adalah isi pidato Presiden Perancis Emmanuel Macron, di Les Mureaux, Perancis pada tanggal 2 Oktober 2020. Dalam pidatonya, Macron dianggap melecehkan Islam karena menyebutkan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Walaupun dalam pidato lengkapnya yang telah banyak dirilis oleh media dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Macron menekankan tentang maraknya faham Islam radikal yang saat ini menjadi perhatian serius pemerintah Perancis, karena dianggapnya sudah dalam taraf memprihatinkan, dan menjadi ancaman dalam kehidupan bernegara rakyatnya.
Menurut Macron, faham Islam yang sekarang marak berkembang di Perancis telah mengalami perubahan mendasar dibanding sebelumnya, kehilangan sentuhan budaya dari negeri asal datangnya di Perancis yang selama ini dikenal, yaitu Tunisia, Maroko, dan Turki dalam sejarah masuknya ke negara itu.
Selain itu Macron juga menyinggung tragedi di kantor majalah Charlie Hebdo di tahun 2015, dimana kantor itu mengalami serangan mematikan dan menelan korban jiwa setelah majalah tersebut memuat kartun Nabi Muhammad yang sebelumnya telah memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Pernyataan dalam pidatonya itu mengesankan pembelaan Macron atas kebebasan individu yang terbatasi oleh ideologi agama, bahkan akhirnya melahirkan tindakan kekerasan yang irasional dan tidak dapat diterima.
Sikap Presiden Perancis dalam pidatonya ini dianggap oleh sebagian besar umat muslim dunia sebagai agresi terhadap eksistensi Islam secara umum dan mengundang kecaman luas. Pemimpin-pemimpin negara Islam hampir semua secara resmi menyampaikan kecaman, termasuk pemerintah Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk Islam.
Reaksi-reaksi kekerasan muncul setelah pidato Macron ini. Sebuah serangan oleh pria berpisau yang menelan tiga korban jiwa dalam sebuah gereja di kota Nice, Perancis pada hari Kamis (27/10) salah satunya. Macron pun menyebutkan bahwa kejadian tersebut sebagai serangan terorisme terhadap negara Perancis.
Berbagai kalangan muslim Indonesia termasuk Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah telah pula menyampaikan kecaman atas pidato Macron tersebut. Pembahasan dan diskusi publik tentang pidato Presiden Perancis tersebut juga banyak diangkat oleh media massa. Pendapat yang dihasilkan sebagian besar setuju bahwa pernyataan Macron tidak sepantasnya keluar dari seorang pemimpin negara yang memiliki penduduk muslim cukup banyak, apapun alasannya. Karena akan memicu emosi publik secara luas, tidak saja di negara Perancis, tapi juga di seluruh dunia. Kondisi ini otomatis akan memperburuk situasi global, terlebih atas upaya penyelesaian konflik antara negara- negara Islam dan Barat.
Namun di sisi lain, tindakan kekerasan yang diambil sebagai reaksi atas pidato itu hingga mengakibatkan korban yang tidak bersalah juga tidak serta merta dapat dibenarkan. Karena sangat bertentangan dengan hakikat agama manapun, khususnya dalam hal ini Islam yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad Saw sebagai agama penebar rahmat bagi seluruh alam. Fanatisme berlebihan sehingga menganggap memiliki legitimasi untuk melakukan tindakan balasan dengan cara kekerasan hingga pembunuhan adalah hal yang keliru dan jauh dari ajaran Islam.
Perayaan Maulid Nabi yang menjadi refleksi umat Islam dalam meneladani Nabi Muhammad sebagai panutan prilaku kehidupan dalam segala aspek, adalah momen tepat bagi kaum muslim untuk semakin banyak belajar agar dapat bersikap cerdas dalam menanggapi kondisi ini. Banyak contoh sikap Nabi terhadap orang-orang yang memusuhinya diceritakan dalam Hadits serta kitab-kitab sejarah kehidupan Rasulullah. Dan tak sekalipun Nabi pernah memerintahkan untuk membunuh kecuali dalam keadaan perang.
Bahkan banyak riwayat mengisahkan dimana Rasulullah membalas perlakuan buruk musuhnya dengan pengampunan, kelembutan, doa dan kasih sayang, yang justru meluluhkan hati para pembencinya dan membuat mereka berbalik mencintainya, dan akhirnya turut membantu perjuangan dakwah Rasulullah.
Bukanlah pedang, melainkan Akhlakul Karimah ternyata yang menjadi senjata terampuh Rasulullah dalam menancapkan cahaya iman hingga mengakar kuat dalam sanubari umatnya, serta sekaligus mengajarkan Islam sebagai panduan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Sudahkah selama ini kita coba untuk meneladaninya?