Refleksi Isra Mi’raj; Urgensitas Harmoni antar Generasi

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Bisa dibayangkan bagaimana Nabi Muhammad saw. itu berdialog atau berkonsulatsi dengan Nabi Musa as utk memastikan bahwa umatnya dapat menjalankan mendirikan shalat. Karenanya menawar kewajiban shalat lima puluh waktu menjadi lima waktu.

Para pejuang itu harus bersambung dengan generasi sebelumnya. Seperti apapun generasi penerus perlu berkonsultasi dengan generasi sebelumnya. Tidak boleh menciprakan gap antar generasi apalagi mempertentangkan antara pemimpin sebelumnya dengan pemimpin yg sedang menerima amanah rakyat.

Oleh-oleh Isra’ dan Mi’raj Nabi saw. adalah shalat. Shalat diterima langsung dari Allah SWT. dan dipastikan bisa dijalankan dan didirikan oleh umatnya. Karenanya kondisi dan situasi apapun tidak boleh meninggalkan shalat. Sebab shalat itulah sarana mi’raj sang hamba kepada sang kholiq. Lima waktu dan tujuh belas raka’at minimal dalam sehari semalam seorang hamba beriman harus mi’raj kepada Allah SWT.

Jika sesorang ingin mendapat kemulyaan maka ia perbanyak shalat malam, jika ingin banyak rezeki dan kuat imannya makan bayaklah melakukan shalat sunnah. Shalat menjadi tolok ukur kebaikan seseorang di dunia dan menjadi ukuran amal baik kelak di akhirat.

Kapan shalat itu bisa jadi tolok ukur kebaikan dan karakter diri seseorang untuk pencegah berbuat munkar dan pendorobg berbuat baik, ialah manaka shalatnya tepat dan khusyu’. Ia perlu seperangkat pengetahuan tentang pelaksanaan shalat dan menata diri dan hati agar bisa khusyu’.

Mari kita jaga mi’raj kita kepada Allah SWT dengan menjaga shalat yang baik dan khusyu’.

Selamat memperingati peristiwa besar dalam agama Islam dengan perintah shalat seperti shalat Rasulullah saw.

Oleh: KH. Cholil Nafis

 

 

diunggah oleh:

Picture of El Muhammad

El Muhammad

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »