Abdurrahman bin Auf: Kekayaan yang Berkah dan Menghidupi Umat

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Dalam sejarah Islam, kita mengenal sosok-sosok sahabat Rasulullah ﷺ yang tak hanya unggul dalam ibadah, tetapi juga dalam kedermawanan. Salah satu yang paling menonjol adalah Abdurrahman bin Auf. Namanya selalu dikenang sebagai seorang saudagar kaya yang hartanya tak hanya dinikmati sendiri, tetapi menjadi sumber keberkahan bagi banyak orang.

Ketika berbicara tentang harta, banyak orang melihatnya sebagai jalan menuju kesenangan pribadi. Namun, bagi Abdurrahman bin Auf, harta adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membantu sesama. Sejak awal hijrah ke Madinah, ia telah menunjukkan bahwa kekayaan sejati adalah yang membawa manfaat bagi banyak orang.

Hijrah Tanpa Harta, Bangkit dengan Keberkahan

Abdurrahman bin Auf adalah seorang saudagar sukses di Mekah. Namun, ketika ia berhijrah ke Madinah bersama kaum Muslimin, seluruh hartanya ditinggalkan. Ia tiba di Madinah dengan tangan kosong. Namun, jiwa wirausahanya yang luar biasa membuatnya bangkit dari nol.

Dalam sebuah riwayat, saat tiba di Madinah, ia dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’. Sa’ad yang kaya raya menawarkan separuh hartanya, namun Abdurrahman menolak dengan halus. Ia hanya meminta ditunjukkan jalan menuju pasar. Dengan keahliannya dalam berdagang, dalam waktu singkat ia kembali memiliki kekayaan berlimpah.

Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada di hari kiamat.”
(HR. Tirmidzi)

Abdurrahman bin Auf adalah contoh nyata dari pedagang jujur yang menggunakan hartanya untuk kebaikan.

Zakat dan Sedekah yang Menggetarkan Langit

Sebagai seorang saudagar sukses, Abdurrahman bin Auf tidak terbuai oleh harta. Ia mengerti bahwa zakat bukan sekadar kewajiban, tetapi jalan untuk mensucikan harta dan membantu sesama. Salah satu kisah yang menginspirasi adalah ketika ia menyedekahkan 700 ekor unta beserta muatannya di jalan Allah.

Ketika kafilah dagangnya tiba di Madinah, kota itu gempar karena begitu banyaknya barang yang dibawa. Melihat ini, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

“Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda bahwa Abdurrahman bin Auf akan masuk surga dalam keadaan merangkak karena kekayaannya begitu besar.”

Mendengar ini, Abdurrahman bin Auf terenyuh. Tanpa ragu, ia langsung bersedekah seluruh isi kafilahnya. Ia berkata:

“Demi Allah, aku ingin masuk surga dengan berlari, bukan merangkak!”

Kisah ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya mencari keuntungan duniawi, tetapi juga keuntungan ukhrawi.

Kekayaan untuk Membantu Umat

Kedermawanannya tidak berhenti di situ. Ia pernah menyumbangkan 500 ekor kuda untuk jihad di jalan Allah, membagikan 40.000 dinar untuk fakir miskin, serta menafkahi para istri Rasulullah ﷺ setelah wafatnya beliau.

Dalam firman Allah disebutkan:

“Kamu sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai…”
(QS. Ali Imran: 92)

Abdurrahman bin Auf memahami betul ayat ini. Baginya, harta yang paling dicintai justru harus lebih banyak diberikan untuk kebaikan.

Pelajaran bagi Umat Islam

Dari kisah Abdurrahman bin Auf, kita belajar bahwa kekayaan bukan untuk disimpan sendiri, tetapi untuk dimanfaatkan bagi masyarakat. Beberapa pelajaran yang bisa kita ambil:
1. Jangan takut berbagi. Harta yang disedekahkan tidak akan berkurang, justru akan semakin diberkahi. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim)
2. Berniaga dengan kejujuran. Kejujuran dalam berdagang akan membawa keberkahan dan keuntungan dunia serta akhirat.
3. Gunakan harta untuk akhirat. Bukan kekayaan yang membuat seseorang mulia, tetapi bagaimana ia menggunakannya untuk membantu sesama.
4. Jangan menunda kebaikan. Abdurrahman bin Auf tidak menunggu sampai ia “cukup” untuk bersedekah. Ia selalu memberi saat ada kesempatan.

Kisahnya adalah bukti bahwa seorang Muslim bisa menjadi kaya, sukses, dan tetap dermawan. Semoga kita bisa meneladani semangatnya dalam berbagi dan menjadikan harta kita sebagai jalan menuju ridha Allah. Wallahu a’lam.

Penulis: M. Fawaid

diunggah oleh:

Picture of Dadie W Prasetyoadi

Dadie W Prasetyoadi

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »