Oleh: Muhammad Taufiq Maulana
Berikut ayat yang merekam dilalog Nabi Ibrahim dan Nabi Islam dalam Surah Ash-Shaffat ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
Ayat tersebut memuat dialog antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dalam dialog itu terdapat ajaran yang harus kita teladani di kehidupan sehari-hari. Yaitu ajaran komunikasi. Ada tiga poin penting dari dialog tersebut.
Pertama, pentingnya menjalin dan membangun komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih di saat akan memutuskan suatu hal yang penting atau persoalan. Komunikasi merupakan media utama dalam kehidupan manusia.
Kedua, meski Nabi Ibrahim seorang ayah, tetap mengajak anaknya berkomunikasi. Karena seorang ayah, lantas serta merta bertindak atau mengekskusi kepada anaknya. Hal ini mengajarkan kepada kita semua, bahwa meski seorang pimpinan, atasan, atau memiliki status social yang tinggi dan memiliki hak putusan, bukan berarti mengabaikan komunikasi dengan bawahan atau orang lain.
Ketiga, ini yang paling penting. Meski perintah itu dari Allah, Nabi Ibrahim tidak juga langsung main ekskusi. Misal menarik anaknya langsung digorok, dengan alasan, ini perintah Tuhan yang Maha Mutlak Kebenarannya. Artinya tidak salah dilaksanakan meski tanpa ada komunikasi atau konfirmasi.
Tetapi, Nabi Ibrahim tidak demikian. Nabi Ibrahim tetap melakukan komunikasi bahkan meminta pendapat Nabi Ismail sebagai anaknya. “Maka pikirkanlah apa pendapatmu?”, kata Nabi Ibrahim. Maka, orang yang sok membawa-bawa nama Tuhan untuk bertindak tanpa mau memperhatikan kondisi sekitar dengan berkomunikas, jelas itu salah dan tidak benar.
Misal ada orang mengatakan, “Ini ayat Al-Quran. Ini jelas perintah Allah. Kalian harus tunduk dan lakukan!”. Bro, bro… Tuhan tidak begitu, Nabi Ibrahim saja masih berkonfirmasi, dan Rasulullah pun memberi teladan agar menjalin komunikasi.
Dalam konteks berorganisasi juga demikian, “Ini sudah ketetapan AD ART. Ini SOP. Kalian harus tunduk dan taati!”. Ingat, Bro! AD ART atau SOP Tuhan saja masih boleh dikomunikasikan dan didiskusikan. Masa AD ART atau SOP organisasi gak bisa, ya bisa bangetlah. Apalagi SOP yang rawan berdasarkan kepentingan. Nah lho.
Maka, teladanilah ajaran komunikasi dalam peristiwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Selamat Hari Raya Iduladha!