Friday 13th December 2024,

Diaspora Armada Perang Sultan Hasanuddin Makassar ke Beberapa Wilayah Nusantara

Diaspora Armada Perang Sultan Hasanuddin Makassar ke Beberapa Wilayah Nusantara
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: H. Bagenda Ali

Bukan hanya sumpah PALAPA yang pernah diikrarkan oleh Patih Gajah Mada. Seperti yang tertulis di dalam kitab Pararaton yang berbunyi “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palap.”
Yang Artinya, “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa.”

Hal ini terjadi pada abad ke XIV yakni upaya untuk menyatukan bangsa Indonesa atau pada saat munculnya sejumlah pergerakan ( Nasionalisme) upaya merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah pada awal abad ke XX yakni Tahun 1908 berdirinya Budi Utomo dan tahun 1928 diikrarkannya Sumpah Pemuda yang cukup terkenal dalam sejarah bangsa Indonesia. Upaya perjuangan nasionalisme dalam pengusir penjajah dari tanah air.

Akan tetapi di saat abad awal masuknya Penjajah di Tanah Air pun pada abad ke XVII perjuangan nasionalisme telah pernah ditunjukkan oleh armada perang Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa Makassar (terutama setelah Gowa / Makassar takluk di tangan VOC tahun 1667) mereka bergerilya meninggalkan tanah leluhurnya ke beberapa wilayah Nusantara yang menjelajah bertempur dan mengusir penjajah di lintas laut Nusantara mulai dari wilayah laut Maluku, Kalimantan, Banten, Tuban, Madura, Bali, Lombok sampai ke Bima. Mereka bertempur di lautan melawan beberapa skuadron angkatan laut penjajah khususnya Belanda dengan mempertaruhkan jiwa dan raga mereka.

Mereka rela meninggalkan tanah kelahirannya, mereka bertekad untuk mengusir penjajah dari tanah air bangsa Indonesia meskipun belum jelas wilayah teritorial mereka yang harus mereka proteksi dan pertahankan karena waktu itu masih belum ada wilayah teritorial Bangsa Indonesia yang tertentu secara hukum, karena masih berbentuk kerajaan-kerajaan. Namun mereka tetap yakin bahwa wilayah-wilayah itu adalah tanggung jawabnya untuk melindungi wilayah dimaksud sebagai bagian wilayah bangsa Melayu dari penjajajah sebagai bangsa Asing/Eropa.

Tidak sedikit bahkan bisa jadi puluhan sampai ratusan kapal perang Belanda berhasil mereka tenggelamkan dan merampas persenjataan mereka, namun juga puluhan bahkan ratusan jenis perahu Phinisi dan Lambo yang berisi senjata perang baik senjata tajam maupun senjata api mereka sebagai armada perang Sultan Hasanuddin yang memuat ribuan orang anggota pasukannya yang berhasil ditenggelamkan dan seluruh anggota pasukannya dibunuh oleh pihak angkatan laut Belanda.

Seluas lautan yang membentang dari barat sampai ke timur bertaburan perahu phinisi di abad itu, mereka menjelajah untuk menghalau angkatan perang Belanda dengan persenjataan yang sangat terbatas jauh dari lengkap dibandingkan dengan perlengkapan perang yang dimiliki VOC namun semangat balas dendam mereka setelah kalah pada perang Makassar tahun 1667 seakan mereka tidak memberi nafas secara bebas kepada Belanda di lautan Nusantara ketika itu.

Termasuk pada peristiwa penyerangan armada Sultan Hasanuddin tersebut terhadap suatu daerah di Bali yang dikenal dengan peristiwa Tulamben ( suatu daerah pantai /pelabuhan di Karangasem Bali ). Di mana peristiwa itu armada perang Sultan Hasanuddin mengadakan pendaratan dan penyerangan ke suatu perkampungan di Bali di daerah Karangasem. Armada ini dipimpin oleh panglima perang kerajaan Makassar yang bernama Karaeng Tulolo. Rumah-rumah rakyat dibakar dan hartanya dirampas sehingga ribuah warganya terpaksa mengungsi ke tempat lain. Armada ini menggunakan persenjataan api lengkap sehingga warga tidak bisa berbuat banyak. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1676 dan peristiwa ini walaupun tidak menelan korban jiwa akan tetapi tentu kerugian harta benda yang cukup banyak dialami oleh rakyat Tulamben ketika itu.

Alasan utama orang-orang Makassar ini bukan karena memusuhi warga Bali walaupun memang sedikit ada unsur sabotase namun justeru ingin melindungi mereka dari penjajah dan hanya karena kejengkelan mereka yakni Armada Sultan Hasanuddin ini terhadap raja Karangasem Bali Kiyai Agung Maruti yang ikut terpancing oleh propaganda Belanda dan dengan mudahnya telah bekerjasama dengan VOC/ Belanda melalui perjanjian- perjanjian kerja sama, pada hal semua itu hanya taktik dan strategi Belanda untuk segera menguasai Bali yang meyebabkan sakit hati pasukan Armada Perang Hasanuddin ini karena mereka telah bersusah payah memproteksi wilayah itu dari Penjajah meskipun Kerajaan Buleleng ketika itu tidak menyetujui tindakan sabotase itu.

Aksi ini tidak lain hanya untuk memprovokasi dan memancing kemarahan Belanda dan raja Kiyai Agung Maruti dan agar segera mengakhiri kerja sama Kerajaan Karangasem dengan VOC/ Belanda oleh karena langkah itu selanjutnya pasti akan memudahkan Belanda untuk menaklukkan Bali sesungguhnya. Dan memang terbukti adanya bahwa Bali ternyata setelah hampir dua abad lamanya dari peristiwa itu baru bisa ditaklukkan oleh Belanda yakni pada tahun 1848 sebuah penantian panjang oleh pihak Belanda untuk menguasai pulau Dewata Bali.

Berbeda dengan Kerajaan Karangasem Bali yang bersahabat dekat dengan VOC/Belanda ketika itu, kerajaan Buleleng Bali sedikit lebih tegas dengan kehadiran Belanda di perairan Bali sehingga orang-orang Makassar ( Armada Perang Sultan Hasanuddin) pun sedikit merasa aman mendekati kerajaan Buleleng yang sama-sama bersikap anti terhadap kehadiran Belanda di daerahnya ( aksi politik imprealisme dan kolonialisme Belanda). Sehingga pada tahun 1674 justeru armada Karaeng Galesong ( putra sulung Sultan Hasanuddin ) sempat berlindung di Kerajaan Buleleng dari kejaran Armada Belanda yang dipimpin oleh Cornelis Speelman.

Demikianlah betapa semangat nasionalisme Bangsa kita sejak awal sudah sedemikian tingginya seperti yang telah dipertontonkan oleh Armada Perang Sultan Hasanuddin dari Gowa/Makassar dalam bingkai lembaran sejarah perjuangannya di saat menghalau Armada perang VOC/Belanda utamanya di wilayah laut Nusantara sebagai bagian dari bumi Indonesia yang membuat Angkatan laut Belanda tidak meremehkan kekuatan persatuan Bangsa Indonesia. Mereka berjuang untuk melindungi bangsanya dengan tidak memandang Wilayah ( kerajaan ) Suku, Agama, Golongan, Darah dan seterusnya.
Wallahu’a’lam Bis Shawab

Selamat memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020 Marilah kita rawat dan jaga bersama nasionalisme persatuan dan kesatuan bangsa kita semoga tetap jaya selamanya amin …

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »