Jangan Terlalu Ngeres Dalam Memahami Politik, Agama Atau Budaya

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM | 

Oleh Subhan

Baru-baru ini negara tengah dihadirkan beberapa isu-isu kontroversial, baik dari kalangan elit politik, negarawan, santri mapupun priai. Sebut saja mulai dari perang wacana pelarangan menggunakan cadar bagi ASN, mengucapkan salam, menggunakan celana cingkrang dan isu-isu radikalisme, bahkan yang terbaru adalah seorang priai yang di akui kemasyhurannya, ketokohannya bahkan kealimanya diduga melakukan tindakan penghinaan terhadap agama, beliau diduga melecehkan simbolisasi kesucian dalam sebuah agama.

Oleh karena itu melihat perang wacana di atas, pertanyaan sederhana yang muncul adalah mau di bawah kemana negara ini? Lantas kapan kita memikirkan dan membuat wacana kemajuan negara ke depan? Namun terlepas dari hal ini alternatif sederhana adalah bagimana cara kita menyikapi beberapa hal yang muncul dalam tatanan bernegara ini, yang mau tidak mau kita harus menyikapinya.

Saya masih teringat salah satu dawuh kiai saya, guru saya sekaligus guru bangsa ini, beliau bercerita dalam sebuah majlis dalam peringatan nabi besar nabi muhammad SAW beliau berkata “siapa bilang bangsa ini kecil, perlu kalian tau di negara kita semuanya ada. Klo eropa punya cerita cenderela di indonesia ada legenda bawang putih bawang merah. Kalau di Arab ada cerita Laila dan Majnun, di iIdonesia ada film ande-ande lumut. Kalau di Cina ada carita panglima besar yang mampu menaklukkan dunia di Indonesia ada Gatotkaca. Semuanya ada di Indonesia. Jadi singkatnya Indonesia adalah potret dunia.

Di Indonesia segala jenis ras, suku dan agama ada d. indonesia adalah potret toleransi yang besar, maka dari itu menjadi sebuah kewajiban buat kita untuk selalu berfikir bukan dalam satu sisi melainkan dari sisi yang lain.

Kutipan di atas mengajarkan kepada kita bagaimana cara bernegara yang baik. Sebab dalam bernegara ada tatanan yang harus kita pisah. Baik dari segi individual, kelompok maupun hukum sosial. Contohnya di semua negara ada yang disebut hukum tata negara dan hukum agama.

Inilah yang dewasa ini sering dilupakan oleh bangsa kita, sering kita mencampur adukkan antara hukum agama dan hukum bernegara. Sehingga ranculah mana yang harus diprioritaskan, mana  yang harus dilakukan.

Solusi sederhananya adalah pahamilah baik politik, ras suku dan agama dengan nalar sederhana. Berhenti berfikir tentang nilai negatif (ngeres) dari sebuah wacana, berhenti menjadi hakim dan juru pengadil dalan sebuah wacana. Belajarlah menjadi mata air yang dari mana saja, dari sudut pandang apa saja selalu menebarkan kesejukan.

Menjadilah warga negara yang tau konteks, teks dan sosial politk. Menjadilah warga negara yang paham hukum tata negara politik maupun agama. Sehingga bisa membedakan antara wacana politik, agama dan sosial. Tau kepentingan individual maupun kepentingan sosial.

Berhentilah berfikir ngeres!! Sebab itu pertanda ketidak matangan jiwa…

 

diunggah oleh:

Picture of Aswaja Dewata

Aswaja Dewata

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »