ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Oleh : Moh Fariz Wahyu Abadi | Kaderisasi PW IPNU Provinsi Bali
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.(Ar-Ra’d (13) ayat 11)
Seringkali kita mendengar adagium “Yang abadi di dunia ini adalah perubahan”. Perubahan menjadi sesuatu yang niscaya dalam kehidupan baik yang kita sadari maupun tidak kita sadari, seiring berjalannya waktu setiap manusia mengalami perubahan fisik, psikis, maupun tingkah laku. Perubahan sendiri memiliki sifat yang terbentuk secara alami dan ada yang merupakan sebuah rekayasa untuk mengembangkan diri manusia.
Beberapa penyebab perubahan seseorang dalam teori belajar atau pengembangan diri pada ilmu psikologi melalui beberapa hal, mari kita pelajari secara lebih lanjut.
Teori Behavioristik atau kebiasaan dimana seseorang dapat berubah atau berkembang melalui lingkungannya, melalui kemampuan beradaptasi setiap manusia selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya hal itu yang membuat setiap manusia berubah berdasarkan lingkungannya.
Teori Kognitivisme seiring berjalannya waktu setiap manusia selalu memperoleh informasi, pengetahuan dan pengalaman dalam hidupnya, setiap manusia memiliki kemampuan mengingat dan menyimpan segala hal yang sudah dilewati. Melalui upaya mengorganisir dan memproses pengetahuan yang sudah ada, setiap manusia kemudian menemukan pengetahuan yang baru.
Teori Humanistik dimana teori ini sering dikenal sebagai teori yang memanusiakan manusia. Setiap manusia memiliki hati nurani yang selalu mengarahkan manusia untuk melakukan hal-hal positif dalam kehidupan. Mungkin teori ini bisa menjadi sebab manusia bisa tiba-tiba berubah menjadi lebih baik, karena dalam setiap diri manusia terdapat GOD SPOT atau titik tuhan dalam hatinya.
Teori Konstruksivisme teori ini mungkin terlihat mirip dengan teori behavioristik hanya perbedaannya adalah teori ini mengedepankan imajinasi dan kreativitas dari setiap manusia ketika dihadapkan dengan sebuah permasalahan, dalam hal perubahan setiap manusia dihadapkan permasalahan yang memaksa untuk diselesaikan, seiring banyaknya permasalahan yang dihadapi dan diselesaikan, pola fikir, karakter setiap manusia akan terbentuk. Seperti ucapan dari Tan Malaka “Terbentur, Terbentur, Terbentuk”.
Dari teori diatas dapat kita ketahui bagaimana pola seseorang dapat berubah dan berkembang yang dapat kita aplikasikan dalam membentuk suatu sudut pandang bahwa setiap orang dapat berubah dan berkembang menjadi lebih baik lagi tergantung bagaimana ia menyikapi perubahan yang terjadi.
Berdasarkan petunjuk surat Ar-Ra’d (13) ayat 11 diatas Allah berfirman “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Bisa dikatakan adalah sebuah isyarat agar siap dalam menghadapi perubahan dengan senantiasa melakukan pengembangan paradigma berfikir.
Misalnya dari cara berfikir yang mengutamakan jangka pendek kepada cara berfikir jangka panjang; dari cara berfikir mementingkan diri sendiri, kepada cara berfikir mementingkan kepentingan bersama; dari sikap buruk sangka (su’u dzann) kepada sikap baik sangka (husn al-dzann), dari sikap tertutup kepada sikap terbuka, dari sikap konsumtif kepada sikap produktif, dari yang mementingkan simbol dan logo kepada yang mementingkan isi dan substansi; dari sikap yang statis kepada sikap yang dinamis.
Selanjutnya berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa menghadapi perubahan tersebut dapat dilakukan dengan cara menghilangkan penyakit mental (mental block).
“Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung diri kepadamu dari sifat ragu-ragu, dan sikap pesimis; dan aku berlindung diri dari sikap lemah kemauan dan malas; dan aku berlindung diri dari sikap pengecut dan kikir, serta aku berlindung diri dari terlilit hutang dan diisolir manusia.” (H.R. Bukhari-Muslim).
Hadis tersebut mengajarkan kita untuk merubah paradigma berfikir dari hal yang bersifat negatif menuju hal yang bersifat positif, merubah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan baik. Dan menghilangkan penyakit mental, seringkali penyakit mental ini menjadi penghambat seseorang untuk berkembang.
Oleh karena itu dari beberapa penjelasan diatas dalam menghadapi perubahan yang pasti terjadi. Hanya mereka yang siap akan perubahan, yang akan bertahan. Dan sebaliknya, yang terlena dan puas dengan keadaan sekarang, berpeluang lebih menderita kala perubahan itu datang. Perubahan bisa datang secara perlahan, juga bisa datang secara tiba-tiba.
Semakin cepat kita meninggalkan kebiasaan lama maka semakin cepat kita menemukan hal-hal baru yang akan datang, perubahan jangan dilawan nikmatilah dan terus bergerak.