ASWAJADEWATA.COM– Bahkan keindahan surga terkalahkan oleh keindahan perempuan. Nabi Adam yang ketika itu telah merasakan kenikamtan surga, masih saja merasa ada yang kurang. Sepertinya kindahan surga tidak akan sempurna tanpa kehadiran seorang perempuan, Hawa. Ini juga dibuktikan dengan ungkapan tentang keindahan surga, bahwa di dalam surga ada sekian bidadari yang akan menyambut kedatangan dan mendampingi kehadiran para penghuni surga kelak. Sungguh, makhluk yang berkelamin perempuan menjadi pelengkap keindahan dunia hingga di akhirat.
Di dunia, perempuan laksana bunga yang tidak pernah layu, menghiasi di setiap tempat dan saat. Siapa saja, bahkan seorang Nabi pun terpesona dan terkagum melihat keindahan perempuan. Sebagaimana pengakuan Nabi kepada Siti Aisyah dengan memberi julukan humaira. Julukan ini sebagai bukti bahwa perempuan sungguh memiliki dimensi keindahan yang luar biasa.
Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam puisi Gus Mus berikut. Dalam puisi ini diceritakan tentang seseorang yang sedang melaksanakan ibadah haji. Dan ketika sedang ditengah-tengah pelaksanaan ibadah, orang tersebut membaca berbagai doa-doa yang ia hafal. Tiba-tiba disaat itu muncullah sesosok wanita cantik banget. Begitu cantiknya sampai-sampai Beliau (Gus Mus) menggambarkan kejadian ini dengan sebuah puisi “Wanita Cantik Sekali di Multazam”.
Di tengah-tengah himpitan daging-daging doa
di pelataran rumah-Mu yang agung
aku mengalirkan diri dan ratapku
hingga terantuk pada dinding mustajab-Mu
menumpahkan luap pinta di dadaku
Kubaca segala yang bisa kubaca
dalam berbagai bahasa runduk hamba dari tahlil ke tasbih,
dari tasbih ke tahmid, dari tahmid ke takbir,
dari takbir ke istighfar, dari istighfar ke syukur,
dari syukur ke khauf, dari khauf ke raja,
dari raja ke khauf
raja khauf
khauf raja
raja khauf
khauf raja
sampai tawakkal
Tiba-tiba sebelum benar-benar fana melela
dari arah Multazam
seorang wanita cantik sekali
masya Allah tabarakAllah !
Allah, apa amalku jika kurnia
apa dosaku jika coba ?
Allah, putih kulitnya
dalam putih kerudungnya
Indah sekali alisnya
Indah sekali matanya
Indah sekali hidungnya
Indah sekali bibirnya
Dalam indah wajahMu
Allahku, kunikmati keindahan dalam keindahan
Di atas keindahan di bawah keindahan
Di kanan-kiri keindahan
Di tengah-tengah keindahan yang indah sekali
Allahku, inilah kerapuhanku ! tak kutanyakan kenapa
Engkau bertanya bukan ditanya kenapa
Tapi apa jawabku ?—ampunilah aku—tanyalah
jua yang kupunya kini
Allahku mukallafkah aku dalam keindahan-Mu?
Keindahan perempuan mampu menggerakkan jari tangan untuk mencipta kata yang memiliki makna yang paling terindah, dan kemudian menggerakkan lidah untuk mengungkapkannya. Bahkan, hati seorang hamba yang tengah khusyuk melabuhkan rasa sepenuhnya pada kehadiran Allah dan larut dalam keindahan-Nya, masih saja bergerak terkecoh saat keindahan perempuan melintas di hadapannya. Seolah keindahan perempuan menandingi keindahan-Nya.
Bagi seorang hamba yang telah larut menyatu pada keindahan Allah, maka keindahan perempuan menjadi dalil bagi dirinya untuk lebih meyakini bahwa Allah sungguh memiliki keindahan yang sempurna tanpa bisa dibandingi oleh siapapun dan apapun. Kata lain, keindahan perempuan menjadi bukti keindahan Allah. Begitulah pandangan seseorang yang telah merasakan hakikat makrifah kepada Allah.
Namun, bagi hamba yang masih belum mencapai pada tingkatan tersebut, maka keindahan perempuan bisa dipandang dengan didorong oleh hasrat manusiawinya. Bagi manusia normal, wajar banget ketika melihat perempuan yang menurut dirinya cantik dan memiliki tubuh yang indah, lalu hasratnya bangkit membara.
(Muhammad)