ASWAJADEWATA.COM | JAKARTA
Pagi hari, Jumat (7/2/2025) di Hotel Sultan Jakarta yang adem dan damai penuh canda tawa para Kiai selepas penutupan Munas dan Kombes NU pada malam sebelumnya, tiba-tiba suasana berubah meriah. Bukan karena para Kiai selesai melaksanakan kegiatannya, tapi karena kedatangan tamu istimewa: pemain Timnas sepak bola U-20!
Para Kiai langsung riuh, sebagian sudah siap minta foto bareng ingat masa lalunya, sebagian lagi sibuk mencari bola siapa tahu bisa dapat tendangan berkah.
Kiai yang bijaksana menyambut mereka dengan senyum lebar. “Wah, ini tamu-tamu istimewa! Biasanya yang datang ke sini kiai atau pejabat, sekarang pemain bola. Ini baru berkah!” katanya sambil mengelus janggutnya yang sudah putih bersih.
Setelah berbincang sebentar, sang Kiai tiba-tiba bertanya, “Anak-anak, apakah kalian tahu bahwa sepak bola itu ada dalilnya dalam agama?”
Para pemain saling pandang. Yang satu coba membuka memori, yang lain pura-pura batuk. “Mohon izin, Kiai. Sepak bola kok ada dalilnya?”
Kiai tersenyum lebar. “Tentu saja! Lihatlah firman Allah: Walaqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim.
(Sesungguhnya manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya).
“Itu artinya, tubuh harus dijaga, salah satunya dengan olahraga. Nah, sepak bola ini olahraga, berarti sesuai dalil, kan?”, terangnya.
Para pemain mengangguk-angguk. Dalil model begini baru mereka dengar.
Tak berhenti di situ, sang Kiai lalu mengambil bola dan berkata, “Tapi ingat, sepak bola juga mengajarkan akhlak. Lihat bagaimana kalian harus bekerja sama, tidak boleh egois, harus jujur tidak boleh diving, dan harus sabar menghadapi wasit. Ini seperti kehidupan! Kalau salah, ya, terima kartu kuning, jangan protes terus.”
Para pemain tertawa. Salah satu dari mereka memberanikan diri bertanya, “Kalau kartu merah, bagaimana, Kiai?”
Kiai menghela napas, “Itu tanda harus segera introspeksi. Kalau bisa, jangan sampai diusir dari lapangan kehidupan.”
Setelah ngobrol panjang, para pemain pun berpamitan. Sebelum mereka pergi, sang kiai memberi wejangan terakhir, “Jangan lupa, sebelum bertanding, baca doa. Tapi jangan sampai saking khusyuknya, kick-off malah kelewatan!”
Kembali derai tawa pecah di antara mereka. Hari itu, bukan hanya bola yang menggelinding, tapi juga hikmah dan tawa yang menghangatkan suasana.
Selamat bertanding Anak Muda!
Salam Garuda di dadaku!
Salam Indonesia!
Penulis: M. Fawaid