Oleh : Saini
Dosen Ma’had Aly dan STIS Nurul Qarnain Jember
Polemik nasab Ba’alawi yang kembali memanas. Ini merupakan fenomena yang memprihatinkan dan mengancam persatuan umat Islam. Polemik ini bukan sekadar perselisihan biasa, melainkan sarat dengan agenda terselubung dan bahaya tersembunyi yang patut diwaspadai. yaitu agenda terselubung Wahhabi untuk memecah belah NU dan menguasai Indonesia. Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar telah mengingatkan bahaya tersembunyi di balik polemik ini. Beliau menegaskan bahwa polemik ini bukan masalah NU vs Ba’alawi, melainkan oknum individu yang dibesar-besarkan untuk menyerang NU. Dalang di baliknya adalah Wahhabi yang ingin memecah belah NU dan menguasai Indonesia. Fakta ini diperkuat dengan pernyataan KH Miftachul Akhyar bahwa Wahhabi selalu menolak kebenaran, termasuk kebenaran tentang nasab Ba’alawi yang telah diakui oleh ulama dunia. (Risalah NU Online, 3/6/2024).
Dengan memainkan peran dibalik meintrem nasab ba’alawi ini, hakikatnya adalah strategi adu domba yang dimainkan oleh Wahhabi untuk memecah belah umat Islam dan menguasai Indonesia. Dampaknya adalah memecah belah umat Islam dan menimbulkan permusuhan antar kelompok, merusak citra NU dan menimbulkan fitnah bahwa NU membela Ba’alawi dan menjadi jongosnya dan yang jelas sangat menghambat perjuangan NU untuk Islam dan bangsa. Penting untuk diingat bahwa NU adalah organisasi Islam yang moderat dan inklusif yang menjunjung tinggi persatuan dan toleransi. NU tidak memihak siapapun dalam polemik nasab Ba’alawi. NU hanya ingin menjaga persatuan umat Islam dan fokus pada perjuangannya untuk Islam dan bangsa.
Mendinginkan Polemik Ba’alawi: Mencari Solusi Proaktif dan Menjaga Karisma
Polemik nasab Ba’alawi yang kembali memanas di Indonesia menimbulkan kekhawatiran di kalangan NU. Kegelisahan beberapa pihak yang proaktif menggaungkan Ba’alawi berpotensi merusak persatuan dan menggerus karisma mereka di mata para durriyah Rasulullah. Oleh karena itu, diperlukan solusi proaktif untuk meredakan situasi ini.
Pertama, mengalihkan fokus pada isu-isu yang lebih penting dan konstruktif. Dibandingkan memperdebatkan nasab, fokus NU dan para durriyah Rasulullah seharusnya tertuju pada isu-isu yang lebih krusial bagi umat Islam, seperti dakwah, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Mengalihkan fokus ke isu-isu konstruktif ini akan membantu meredakan ketegangan dan memupuk persatuan.
Kedua, membangun dialog dan komunikasi yang terbuka dan konstruktif. Dialog antar pihak yang berbeda pandangan tentang Ba’alawi perlu dilakukan dengan penuh kedewasaan dan saling menghormati. Dialog ini bukan untuk mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan untuk mencari titik temu dan solusi bersama. Komunikasi yang terbuka dan konstruktif akan membantu meredakan kesalahpahaman dan membangun rasa saling percaya. Dalam hal ini dperlukan peran pemerintah untuk menjadi mediator sehingga konflik ini tidak berkepanjangan.
Ketiga, mempromosikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, seperti moderasi, toleransi, dan kasih sayang, harus digemakan dengan lantang untuk melawan ujaran kebencian dan provokasi yang sering muncul dalam polemik ini. Mempromosikan nilai-nilai positif ini akan membantu mendinginkan suasana dan membangun kembali persatuan umat Islam.
Keempat, mewaspadai agenda tersembunyi di balik polemik ini. Penting untuk selalu waspada terhadap pihak-pihak yang ingin memanfaatkan polemik ini terutama wahhabi untuk keuntungan golongan atau politik. Agenda tersembunyi ini dapat memecah belah umat Islam dan menghambat kemajuan bangsa.
Kelima, Perkuat pemahaman yang komprehensif tentang Islam dan sejarahnya. Umat Islam harus memahami bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan keragaman dan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan tidak boleh menjadi alasan untuk perpecahan. Umat Islam juga harus belajar dari sejarah, di mana perpecahan dan konflik hanya membawa kerugian bagi umat Islam.
Keenam, perlu peran media dan influencer dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi. Media dan influencer harus bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi dan tidak boleh digunakan untuk menyebarkan fitnah dan provokasi. Masyarakat harus mampu membedakan informasi yang benar dan salah, serta tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan.
Al-Hasil, polemik nasab Ba’alawi dapat diredam dengan solusi proaktif yang fokus pada dialog, komunikasi, nilai-nilai Islam, dan kewaspadaan. Upaya-upaya ini harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan agar dapat mencapai hasil yang optimal. Durriyah Rasulullah dan NU harus bersatu dan menjaga karisma mereka dengan fokus pada dakwah, pendidikan, dan kesejahteraan umat Islam. Serta peran serta dan kontribusi pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan. Marilah jaga persatuan dan kedamaian umat Islam. Jangan biarkan polemik nasab Ba’alawi ini memecah belah bangsa. Semua warga Indonesia wajib bersatu padu untuk membangun Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Sebab hal ini bukan hanya persoalan teologis, tapi juga strategi adu domba Wahhabi untuk memecah belah umat, terutama warga NU dan yang jelas mereka ingin menguasai Indonesia. Mereka memanfaatkan provokasi ini untuk memancing perpecahan dan mengaburkan fakta. NU harus bersatu dan waspada terhadap bahaya tersembunyi ini, serta fokus pada perjuangannya Islam dengan tidak memecah belah umat.