Gandhi Priyono; Seni Dekorasi Janur Sebagai Warisan Budaya Nusantara dan Harus Dijaga

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM | BALI

Seni dekorasi janur adalah bagian penting dari budaya Indonesia, khususnya dalam upacara dan perayaan adat. Janur atau daun palma muda sering menjadi bahan dekorasi untuk menambah sentuhan alami dan estetis.

Sayangnya seiring perkembangan jaman, seni ini lambat laun mulai dilupakan khususnya oleh generasi muda. Sekarang cukup sulit menemukan seseorang yang ahli merangkai dekorasi janur yang sarat nilai filosofi tersebut. Salah satu maestro seni janur itu adalah Gandhi Priyono yang biasa disapa pak Gandi atau pak Gendut. Pria kelahiran Kalibaru, Banyuwangi 68 tahun silam.

Dekorasi Kembar Mayang

Dalam sebuah kesempatan Pak Gandhi bercerita tentang perjalanannya dalam menekuni seni dekorasi Janur. Berawal sekitar tahun 1972 ketika dirinya masih bersekolah di SD kalibaru Wetan. Seorang guru ketrampilan mengenalkan dan mengajarkannya cara merangkai janur untuk dijadikan dekorasi Kembar Mayang (rangkaian janur yang kerap digunakan dalam prosesi pernikahan sebagai lambang keharmonisan dan kesuburan). Keahlian itu terus diasah dan ditekuni oleh Pak Gandhi hingga beranjak dewasa dengan bergabung bersama perias pengantin yang cukup dikenal di kotanya saat itu yaitu Bu Tumina. Pak Gandhi muda pun mulai ikut menjadi terkenal karena keahliannya.

Setelah beberapa waktu, Pak Gandhi yang hanya lulusan SMP pergi merantau ke Bali pada tahun 1976 untuk bekerja. Kehidupan sulit sebagai perantau dijalaninya mulai sebagai kuli bangunan hingga bekerja di pabrik kacang olahan yang cukup terkenal di Denpasar. Saat bekerja di pabrik kacang ini tahun 1979 Pak Gandhi menikah. Tuntutan ekonomi yang meningkat setelah menikah dan memiliki 1 anak mendorongnya untuk menambah penghasilan dengan berjualan rujak keliling saat tidak bekerja di pabrik.

Suatu ketika di tahun 1980 Pak Gandhi secara kebetulan bertemu dengan H. Soepriyanto, seorang pengusaha perlengkapan pesta dan dekorasi yang saat itu satu satunya di Bali. Keahlian seni dekorasi Janur yang dimilikinya kembali terpakai di sini. Awalnya dia bekerja paruh waktu hingga akhirnya menjadi karyawan tetap setelah meningkatnya permintaan akan dekorasi pernikahan adat Jawa maupun Bali dengan menggunakan bahan janur. Keahlian Pak Gandhi semakin terasah dipadukan dengan berbagai budaya nasional dan internasional yang didapatnya sejak bekerja disana. Maklum saja Bali saat itu sangat populer di mata dunia dan didatangi wisatawan dari seluruh dunia. Tak jarang pula banyak dari mereka melangsungkan pesta pernikahan di Bali. Tentunya nuansa budaya nusantara termasuk dekorasi Janur kerap menjadi unsur utama di dalamnya.

Kakek 4 cucu itu juga menceritakan kenangan tak terlupakan saat dirinya menjadi bagian tim dekorasi Istana saat peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus, bahkan hingga dua kali di era Presiden Megawati dan Presiden SBY.

“Kalau bukan karena Janur mungkin saya tidak akan pernah menginjakkan kaki di Istana Negara”, kenangnya.

Tim Dekorasi Istana Era Presiden SBY

Setelah hampir selama 20 tahun bekerja dengan Pak H. Soepriyanto, kini Pak Gandhi telah mendirikan usaha Dekorasi dan Sound system sendiri di Denpasar dibantu oleh dua anak lelakinya. Usahanya itu diberi nama Merpati Dekorasi, bertempat di Jalan Merpati, Monang Maning Denpasar. Selain menjalankan usahanya itu, Pak Gandhi saat ini juga dikenal sebagai MC pernikahan adat Jawa di Denpasar.

Namun diluar semua itu, ada kegundahan yang selama ini dirasakan Pak Gandhi akan keberlangsungan seni dekorasi Janur di masa depan.

“Sulit sekali menemukan anak yang berminat belajar seni merangkai Janur sekarang”, ujarnya.

Menurutnya, keahlian ini memang selain membutuhkan rasa seni yang tinggi, Dituntut pula kehalusan yang presisi dalam pengerjaannya. Ditambah umur daun Janur yang terbatas waktunya sehingga harus cepat agar tetap terlihat segar saat ditampilkan.

Dirinya mengatakan membuka tangan seluas luasnya bagi siapa saja yang berminat belajar kesenian merangkai Janur langsung darinya, agar warisan budaya Nusantara ini tak hilang lenyap ditelan masa dan akhirnya diklaim sebagai budaya oleh negara lain.

Penulis: Dadie W. Prasetyoadi

diunggah oleh:

Picture of Dadie W Prasetyoadi

Dadie W Prasetyoadi

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »