Belakangan ini parenting banyak sekali dibahas dalam beberapa diskursus melihat saat ini, parenting jika dilihat dari makna parenting berdasarkan kosakata aslinya, artinya adalah orang yang sedang melakukan atau mengerjakan aktivitas sebagai orang tua. Selanjutnya kata parenting berdasar makna atau arti merupakan ilmu tentang mengasuh, membimbing, serta mendidik anak dengan cara baik dan benar.
Parenting sendiri jika diartikan secara luas. Siapapun bisa melakukan parenting, bukan hanya orangtua dan guru yang bisa melakukan parenting. Siapapun yang sadar akan kebutuhan parenting dapat melakukan parenting melalui cara yang bisa dilakukannya secara baik dan benar, jika dalam definisi makna parenting yang telah disebutkan pada paragraph pertama parenting dapat diartikan adalah suatu aktivitas sebagai orangtua jadi karena ada kata sebagai maka siapapun dapat melakukan aktivitas tersebut.
Menurut penulis kesadaran akan parenting perlu dimiliki oleh setiap individu yang ada sebagai seorang teman, sahabat, kekasih, mentor, senior, rekan dan lain-lain perlu memiliki ilmu parenting ini, parenting bisa menjadi solusi terkait berbagai permasalahan yang ada, terlebih lagi saat ini Kesehatan mental lagi marak-maraknya,
Pada periode Januari-Juni 2023 menurut siaran pers Komnas Perempuan, POLRI melaporkan bahwa terdapat 663 kasus bunuh diri di Indonesia. Provinsi tertinggi angka bunuh diri adalah Jawa Tengah (253), Jawa Timur (128), Bali (61), dan Jawa Barat (39). Kasus bunuh diri kecenderungannya dipicu oleh gangguan kesehatan mental dengan beragam persoalan seperti kekerasan berbasis gender, perundungan, kekerasan siber dengan berbagai modus, penyakit sulit disembuhkan, tekanan ekonomi dan lain sebagainya. Bunuh diri merupakan permasalahan sosial, yaitu adanya ketidaksesuaian dalam masyarakat, di mana pada umumnya kebanyakan orang menunda kematian dengan melakukan segala upaya. Namun seseorang malah melakukan tindakan nekat yang dipantangkan oleh seluruh agama. Oleh karena itu setiap individu perlu memahami tentang ilmu parenting ini.
Ilmu parenting jika kita artikan dalam Bahasa sehari-hari orang jawa dapat diartikan dengan kata momong atau mengasuh, mengasuh sendiri perlu kekuatan, kesabaran dan keuletan. Namun aktivitas ini juga perlu pengetahuan dalam penerapannya, dan dalam tulisan ini saya akan sedikit membahas mengenai ilmu parenting yang dilakukan oleh Luqman kepada anaknya yang tertulis dalam Al-Qur’an.
Siapakah Luqman ?
Luqman adalah seorang lelaki yang dikaruniai hikmah oleh Allah sebagaimana yang disebutkan dalam firmannya:
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِۗ وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
“Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqman.” (Luqman:12).
Hikmah yang Allah berikan kepadanya antara lain berupa ilmu, agama dan kebenaran dalam ucapan. Kata-kata bijaknya banyak dan telah diriwayatkan secara turun-temurun. Mujahid berkata, “Luqman adalah seorang budak hitam dari Habasyah, tebal kedua bibirnya, dan lebar kedua telapak kakinya. Pada suatu hari Ketika dia duduk di majelis sedang berceramah kepada orang banyak, datanglah seorang lelaki menemuinya, lalu bertanya ‘Bukankah engkau yang tadi menggembala kambing di tempat ini dan itu?’ Luqman menjawab, ‘Benar.’ Lelaki itu bertanya, ‘Lalu, apakah yang menghantarkanmu sampai pada kedudukan terhormat seperti yang kulihat seperti sekarang ini?’ Luqman menjawab ‘Benar dalam berbicara dan diam terhadap hal-hal yang bukan menjadi urusanku’.”
Beberapa pesan Luqman kepada anaknya antara lain:
Pertama, Jangan berbuat syirik dan berbakti kepada kedua orangtua.
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman : 13).
Ibnu Katsir telah mengatakan dalam tafsirnya. “Luqman berpesan kepada putranya sebagai orang yang paling disayanginya dan paling berhak diberi pengetahuannya yang paling utama. Karena itu, dalam wasiat pertamanya Luqman berpesan kepada anaknya untuk beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun seraya mengingatkan kepadanya yakni syirik adalah dosa yang paling besar.
Luqman kemudian menyandingkan pesannya kepada anaknya untuk beribadah kepada Allah semata dan berbakti kepada kedua orangtua sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra’ : 23).
Kedua, Allah mengetahui keadaan hamba-Nya.
يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
“(Luqman berkata,) ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.’” (Luqman : 16).
Al Qurthubi mengatakan, “Telah diceritakan bahwa putra Luqman bertanya kepada ayahnya tentang sebutir biji yang jatuh ke dasar laut, apakah Allah mengetahuinya? Maka Luqman menjawab dengan mengulangi jawaban semula yang disebutkan dalam firman-nya, “Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman : 16)
Dari pesan tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah mengetahui keadaan hambanya apapun yang kita rasakan dan kita lakukan sungguh Allah mengetahuinya, pesan tersebut tentunya akan membantu kita dalam menghadapi segala persoalan kehidupan karena sesungguhnya Allah mengetahui segala keadaan hambanya yang membuat kita tidak lagi merasakan kecemasan/ketakutan atau bahasa kerennya sekarang anxiety, depresi dan trauma berkepanjangan.
Sering kali kita dengar dalam beberapa penyampaian oleh para dai-dai muda atau mungkin kawan kita sendiri potongan ayat dalam surah At-Taubah ayat 40 لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ yang artinya “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Ketiga, Dirikanlah shalat, amar makruf nahi munkar, dan sabar.
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
“Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.” (Luqman : 17)
Luqman memberikan pengarahan kepada anaknya untuk senantiasa mendirikan sholat dan mengajak manusia untuk berbuat baik dan mencegah hal yang mungkar. Dalam mengajak manusia untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran harus sesuai dengan kemampuan dan jerih payah. Dijelaskan dalam hadist Arba’in Nawawi hadist ke 34 yaitu:
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Luqman juga memberikan pesan kepada anak-anaknya untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dalam hidup di dunia. Sabar memiliki artian yang luas mungkin akan dibahas dalam tulisan lain singkatnya sabar memiliki arti. Yang pertama, sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati) ataupun tabah. Kedua, pengertian sabar adalah tenang ataupun tidak tergesa-gesa maupun tidak terburu nafsu.
Keempat, Jangan sombong !
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (Luqman : 18)
Makna ayat menurut Al-Qurthubi, “Janganlah kamu palingkan wajahmu dari orang-orang karena sombong terhadap mereka, merasa besar diri, dan meremehkan mereka.” Maka yang dimaksud ialah hadapkanlah wajahmu ke arah mereka dengan penampilan yang simpatik dan menawan. Dan Al-Qurthubi juga menjelaskan tentang makna berjalan diatas bumi dengan angkuh seperti seseorang yang berjalan tanpa ada kesibukan atau keperluan. Orang yang berperkerti seperti ini terbiasa dengan sikap sombong dan besar hati, atau lebih kita kenal dengan istilah Petantang-Petenteng.
Kelima, Bersikaplah pertengahan
وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ
“Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Luqman : 19)
Setelah menjelaskan beberapa akhlak tercela Luqman menggambarkan kepada anaknya tentang akhlak mulia yakni bersikap pertengahan atau bersikap sewajarnya dalam berjalan dengan langkah yang tidak tergesa-gesa juga tidak lambat. Rasulullah telah bersabda, “Cara jalan yang cepat akan menghilangkan keanggunan orang mukmin.” Dapat dibayangkan seseorang yang berjalan dengan cepat atau tergesa-gesa sangat tidak menarik untuk dipandang.
Luqman juga mengajarkan tentang melembutkan suara, Al-Qurthubi mengatakan, “Kurangilah suaramu dari suara yang keras.” Secara garis besar ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan buruknya meninggikan suara dalam berkhutbah dan berbicara, sama buruknya dengan suara keledai karena suara keledai sangat tinggi.
Bersikap pertengahan juga merupakan ajaran Ahlu Sunnah Wal Jamaah dimana sikap washatiyah merupakan metode dalam berfikir dan bertindak dalam Ahlu Sunnah Wal Jamaah sehingga apapun yang kita lakukan tidak kurang dan tidak berlebihan sehingga pas dan bijaksana.
Demikianlah tentang parenting dan beberapa pesan Luqman kepada anaknya sebagai umat Islam sudah sepatutnya kita teladani dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari juga sebagai bekal untuk ilmu parenting yang nantinya akan diterapkan dalaam kehidupan sosial, tentunya tulisan ini belum cukup untuk menambah ilmu tentang parenting. al-faqir sangat berharap jika tulisan ini kemudian dapat menyadarkan pembaca akan pentingnya ilmu parenting saat ini, dan al-faqir memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam penulisan terdapat banyak kekurangan mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Oleh : Moh Fariz Wahyu Abadi (Kaderisasi PW IPNU Bali)
Sumber : Buku Islamic Parenting karya Syaikh Jamal Abdurrahman