Oleh: Gus Tama/LTNNU Bali
Gus, Kami Haturkan Rindu
Gus, ada rindu yang menerpa batin
Karena melihat kondisi negeri ini yang prihatin
Gus, kangen ini sungguh menghujam
Di saat saudara kami saling menikam
Gus, ada rasa hendak berjumpa
Menghaturkan segala nestapa
Negeri ini tengah mengalami keprihatinan
Masih saja ada yang tak mengerti perbedaan
Menikam saudaranya dianggap jihad melawan kebatilan
Saudara yang tak bersalah dan tak berdosa pun menjadi korban
Bahkan yang cinta damai dituduh komplotan
Gus, kami haturkan rindu
Namun…
rindu ini terbebani kegelisahan
rindu ini tertekan ketakutan
rindu ini terbelenggu kedengkian
Gus, engkau adalah dalil yang nyata
Sebagai tafsir Alquran dan Sunah bagi kita semua
Bahwa cinta dan kemanusiaan adalah segalanya
Yang harus diperjuangkan bersama-sama
Meski berbeda, kita satu rasa
Gus, wa ma arsalnaka illa rahmatan lil’alamin
Tuhan meghadirkan engkau ke bumi
Tak lain demi tebarkan cinta kepada sesama
Cinta yang engkau tanam kini membuahkan pemahaman arti kerukunan
Cinta yang engkau terbarkan kini menyemai perbedaan
Cinta yang engkau ajarkan kini menjadi teladan persaudaraan
Gus, bukankah engkau telah menjelaskan secara hakiki
Bahwa perbedaan ini telah menjadi fitrah manusiawi
Bahkan telah pasti dinyatakan dalam kitab suci
Perbedaan suku, ras, etnis, bahkan agama sudah menjadi ketetapan ilahi
Tuhan menilai mulia hanya kepada orang yang hatinya bersih tanpa hasut dan dengki
Gus, engkau pernah berkata
Tidak penting apa agama dan sukumu,
kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia,
maka orang tidak pernah tanya apa agamamu.
Gus, kami akan terus mengikuti jejak langkahmu
Meski masih saja ada yang menjadi terjal mengganggu
Meski masih saja ada yang berteriak, bersorak menggerutu
Meski masih saja ada yang menjadi benalu
Gus, banyak sesungguhnya yang hendak kami sampaikan
Tentang kehidupan Beragama di negeri tersayang
Saat ini agama tak lagi menjadi ajaran
Justru telah berubah menjadi ujaran
Marak sekali orang-orang berujar tentang agama
Bahkan yang tak negrti agama ikut berujar fatwa agama
Ditambah merasa paling benar sendiri pula
Sehingga ujaran agama menjadi ujaran kebencian
Dari menyalakan, menyesatkan, mengafirkan bahkan sampai menerakakan
Gus, engkau telah menyatakan,
Peran agama sesungguhnya membuat orang sadar akan fakta
bahwa dirinya bagian dari umat manusia dan alam semesta
Gus, entah apa yang merasuki mereka
Perbedaan yang sudah pasti fitrah manusia
Selalu saja dipermasalahkan dengan pemahaman buta
Seakan mereka menentang takdir Tuhan sebagai pencipta
Bahkan mereka hendak mendekte Tuhan agar semuanya sama
Gus, sesungguhnya kami lelah
Disibukkan dengan masalah yang membuat kami terpecah belah
Padahal hanya persoalan yang sebenarnya tidak prinsip dan mudah
Cukup dijawab sebagaimana engkau katakan, gitu aja kok repot
Gus, ya… Kami lelah dengan persoalah kecil yang dibesar-besarkan
Sehingga kami lemah mewujudkan cita-cita yang besar
Tentang bagaimana negeri ini maju dan berkembang
Tapi kami disibukkan oleh persoalan kacangan
Entah kami yang lengah terpedaya oleh tipu muslihat bertopeng agama
Seakan ada kesengajaan yang menyuguhkan kami sibuk saling mengklaim kebenaran
Sementara kami tak sadar, ada tikus yang mencaplok kekayaan alam
di saat kami sibuk saling menyalahkan
Gus, kami haturkan rindu
rindu ini akan menjadi pemicu
untuk tetap bersatu
demi Indonesia maju
Denpasar, 7 Januari 2020
(Dibacakan dalam acara Haul ke-10 Gus Dur di Ashram Gandhi Puri Denpasar)