Apakah Akidah Harus Mengikuti Sanad?

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Di dunia ini, ada dua jenis orang: mereka yang memahami sesuatu karena berpikir dan mereka yang hanya menerima apa pun yang dikatakan gurunya tanpa mempertanyakannya. Yang pertama biasanya jadi ilmuwan, yang kedua… ya, bisa jadi apa saja, kecuali pemikir.

Lalu, bagaimana dengan akidah? Apakah seseorang harus memiliki sanad agar bisa meyakini bahwa Allah itu satu? Atau cukup pakai akal sehat yang diberikan Tuhan?

Inilah yang dibahas oleh Syaikh Saeed Foudah dalam kajian ilmiahnya di Surabaya pada 14 Februari 2025.

Sanad Itu penting, tapi jangan lupa berpikir. Sebagian orang beranggapan bahwa semua ilmu, termasuk akidah, harus memiliki sanad. Artinya, seseorang harus belajar dari guru yang sanad keilmuannya bersambung sampai Rasulullah. Pendekatan ini tentu baik dalam ilmu hadis atau tajwid. Tapi untuk akidah? Tunggu dulu.

Syaikh Saeed menegaskan bahwa akidah bukan ilmu riwayat, melainkan ilmu pemahaman. Jika seseorang bertauhid hanya karena gurunya bilang begitu, tanpa pemahaman, maka keyakinannya tidak lebih kuat dari sekadar hafalan.

Coba bayangkan jika seseorang berkata, “Saya yakin Allah itu satu karena guru saya mengatakan demikian, dan sanadnya sampai ke Nabi.” Lalu bagaimana jika guru yang lain mengatakan sebaliknya?

Akidah harus bersandar pada pemahaman, bukan sekadar menerima begitu saja. Bahkan Al-Qur’an berulang kali memerintahkan manusia untuk berpikir tentang keesaan Allah.
“Seandainya di langit dan bumi ada Tuhan selain Allah, tentu keduanya binasa.” (QS. Al-Anbiya: 22)

Perhatikan ayat ini. Bukankah ini adalah dalil rasional? Allah meminta kita untuk berpikir, bukan sekadar menerima dogma.

Imam Asy’ari dan Sanad. Apakah Mitos atau Fakta?
Ada yang bertanya, “Siapa sanad akidah Imam Asy’ari?”
Jawabannya? Tidak ada.
Bukan karena beliau tidak memiliki guru, tetapi karena beliau tidak bertaklid pada siapa pun dalam masalah akidah. Imam Asy’ari berpikir, menganalisis, dan menyimpulkan sendiri berdasarkan Al-Qur’an dan hadis.

Jadi, aneh jika ada orang mengaku Asy’ariyah tapi masih berkeras bahwa akidah harus mengikuti sanad. Bahkan Imam Asy’ari sendiri tidak bertaklid pada siapa pun!

Akidah Itu seperti matematika, bukan seperti hafalan hadis. Pernahkah ada orang yang berkata, “2+2=4 karena sanadnya dari guru saya, lalu ke gurunya, sampai ke matematikawan Yunani”?
Tentu tidak. Matematika adalah ilmu logis. Seorang murid tidak cukup menghafal bahwa 2+2=4, tetapi harus paham kenapa jawabannya seperti itu. Jika tidak paham, maka hafalan itu kosong makna.

Begitu pula dengan akidah. Tidak cukup mengatakan “Allah itu satu” hanya karena diajarkan sejak kecil. Seseorang harus memahami mengapa Allah itu satu, dan bagaimana dalil rasionalnya.

Propaganda sanad dalam akidah, siapa yang memulai?
Siapa yang paling ngotot bahwa akidah harus punya sanad? Wahabi.
Ironisnya, mereka sendiri tidak bisa membuktikan sanad atas pernyataan-pernyataan mereka.

Misalnya, ketika Ibnu Taymiyah mengatakan bahwa Allah memiliki batasan fisik, mana sanadnya? Atau ketika dia menyatakan bahwa Allah mengalami perubahan (hawadits la awwala laha), mana dalilnya? Jawabannya? Tidak ada.
Jadi, mereka menuntut orang lain menunjukkan sanad akidah, tapi mereka sendiri tidak bisa menunjukkan sanad atas keyakinan mereka. Sebuah standar ganda yang luar biasa.

Al hasil, akidah Itu pemahaman, bukan sekadar hafalan.
Syaikh Saeed Foudah menegaskan bahwa akidah bukanlah ilmu riwayat, tetapi ilmu pemikiran. Tidak cukup hanya berkata, “Saya percaya karena guru saya berkata demikian.” Harus ada pemahaman yang mendalam.

Jadi, apakah akidah harus mengikuti sanad? Tidak. Yang harus diikuti adalah dalil yang kuat, pemahaman yang benar, dan akal sehat yang diberikan Tuhan.

Sebagai penutup, mari kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita beragama karena benar-benar paham, atau hanya ikut-ikutan?
Semoga bermanfaat.

Penulis: M. Fawaid

diunggah oleh:

Picture of Dadie W Prasetyoadi

Dadie W Prasetyoadi

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »