ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Dalam rangka Harlah NU yang ke-95 Aswaja Dewata membuat program spesial, yaitu NUtalkshow dengan menghadirkan para narasumber dari berbagai bidang.
Salah satu narasumber yang dihadirkan dalam episode ke 5 pada Minggu (31/1) lalu dan disiarkan secara live streaming di akun YouTube Aswaja Dewata adalah Ketua STAI Denpasar Bali, Jumari, S.P., M.Pd dengan tema “Peran STAI Denpasar Bali dalam Penguatan Aswaja dan Kebangsaan di Bali”.
Talk Show bersama ketua STAI Denpasar ini membincangkan banyak hal terkait tema yang diangkat. Hingga menghabiskan durasi 45 menit.
Diantara materi yang dibicarakan, ada hal yang sangat menarik. Kampus yang mungkin bisa dikatakan kampus kecil, ternyata telah melakukan dakwah Aswaja ke negeri Thailand.
“STAID mungkin terbilang kampus kecil, tapi bukan berarti kerdil,” ujar Jumari.
Lebih lanjut pria asal Lamongan itu menceritakan pengalaman uniknya saat hadir di penutupan program PPL/KKN Internasional di kota Pattani, Thailand Selatan pada bulan Maret 2018 tersebut. Dari wakil sekian banyak Perguruan Tinggi Agama Islam Indonesia yang mengirimkan mahasiswanya, dirinya didapuk untuk memberikan sambutan penutupan yang mewakili 7 Perguruan Tinggi lainnya di acara yang dihadiri oleh pemerintah Thailand, Penyelenggara Program Duta Mahasiswa Indonesia-Thailand, seluruh 45 mahasiswa peserta program, serta para kepala sekolah dan guru lembaga pendidikan tempat seluruh mahasiswa Indonesia bertugas selama 5 bulan disana.
“Pengalaman yang sangat membanggakan bagi saya, khususnya karena Mahasiswa STAI Denpasar dipandang berhasil menjalankan tugas akademik dan pelayanan masyarakat dengan baik di tiap lokasi penugasan mereka,” ungkapnya.
STAI Denpasar sendiri waktu itu mengirimkan 5 mahasiswanya dari 2 Program Studi. Mereka adalah; Achmad Mulhaq (MPI), Badrus Sholeh (MPI), Dadie W. Prasetyoadi (MPI), Muhammad Maimun (PAI), dan Rhomadon Azizi (PAI).
Mereka masing-masing ditugaskan di sekolah yang berbeda. Tersebar di 4 Provinsi, yaitu Pattani, Narathiwat, Yala, dan Krabi, satu sama lain tidak dapat sewaktu-waktu bertemu dikarenakan jarak satu lokasi penugasan dengan yang lain cukup jauh. yang terdekat sekitar 60km.
Terhitung selama program tersebut berlangsung, hanya tiga kali mereka dapat bertemu dalam kegiatan-kegiatan evaluasi bersama mahasiswa peserta asal Indonesia lainnya.
Selama bertugas, masing-masing mahasiswa mendapatkan pengalaman yang berbeda. Terutama saat berinteraksi dengan masyarakat sekitar penempatan tugas. Tradisi Aswaja bawaan para mahasiswa STAI Denpasar itu diapresiasi positif oleh masyarakat Thailand. Seperti Shalawat, Hadrah, serta kedalaman pemahaman kitab klasik ala pesantren yang dimiliki mereka. Hal ini tidak mengherankan, karena seluruh mahasiswa yang dikirim tersebut merupakan jebolan pondok pesantren NU. Tak jarang beberapa dari mereka sering diminta mengisi Khutbah Jum’at di masjid sekitar, memimpin Tahlil, termasuk pembacaan sholawat sekaligus memainkan Hadrah saat Perayaan Maulid Nabi.
Belum lagi dalam pelajaran bahasa Inggris. Seorang mahasiswa STAI Denpasar yang khusus mengajar bahasa Inggris di satu sekolah tidak saja diminta mengajar siswanya di kelas, bahkan para guru di sekolah tersebut memintanya untuk menjadi mentor mereka agar dapat bercakap dengan bahasa Inggris secara aktif dalam bentuk English Club. Akhirnya guru-guru itu terbiasa bercakap dalam bahasa Inggris di lingkungan sekolah. English Club ini dilakukan hampir setiap hari seusai jam sekolah.
Dari sebab itu, Jumari menegaskan dengan bangga bahwa STAI Denpasar sebagai satu-satunya kampus pendidikan agama Islam di Denpasar, dengan teguh dan tak perlu diragukan lagi akan selalu membawa prinsip-prinsip Aswaja sebagai dasar dalam setiap kegiatan akademik maupun non akademiknya.
Penulis: M. Taufiq Maulana