Oleh : Ni Luh Komang Indah Sari, S.Ag (Penyuluh Agama Hindu Kota Denpasar)
Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Saka yang dirayakan oleh umat Hindu dengan melakukan refleksi diri dan perenungan dalam suasana hening. Tidak seperti perayaan tahun baru pada umumnya yang penuh dengan pesta dan kemeriahan, Nyepi justru dijalani dengan ketenangan dan tanpa aktivitas duniawi.
Istilah “Nyepi” berasal dari bahasa Sanskerta, yang merupakan bahasa kuno yang banyak digunakan dalam kitab suci Hindu. Secara etimologis kata Nyepi berasal dari akar kata “śyāma” atau “śyānti” artinya tenang, sunyi, hening, atau damai. Tetapi jika ditelusuri dari bahasa Bali dan bahasa Jawa Kuno, kata Nyepi memiliki makna keadaan sunyi atau diam.
Ketika merujuk dalam bahasa Indonesia, kata Nyepi dianggap sebagai hari raya keagamaan umat Hindu yang ditandai dengan keheningan dan refleksi diri. Jadi, nyepi merupakan cerminan konsep keheningan lahir dan batin yang menjadi inti perayaan ini. Nyepi pada dasarnya dirayakan oleh umat Hindu setiap Tahun Baru Saka dengan melakukan penyepian total selama 24 jam. Nyepi diartikan pula istilah sepi, sunyi, atau hening. Dengan tujuan utamanya adalah untuk melakukan intropeksi diri, menyucikan diri manusia dan alam sekitarnya. Nyepi identik dengan melakukan upawasa dan meditasi dengan melakukan pengendalian diri atau istilahnya adalah Catur Brata Penyepian.
Catur Brata Penyepian merupakan empat pantangan atau larangan yang dijalankan umat Hindu saat Hari Nyepi berlangsung, yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api atau cahaya berlebihan), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang atau menghibur diri).
Setelah melewati tahapan Catur Brata Penyepian pada keesokan harinya disambut dengan Ngembak Geni. Ngembak Geni merupakan upacara terakhir dalam rangkaian Nyepi umat Hindu. Kata Ngembak berarti bebas atau terbuka, sedangkan Geni artinya api yang memiliki sifat panas yang dilambangkan dengan semangat yang membara atau menyambut hal baru. Hal ini biasanya ditandai dengan mulainya aktivitas seperti biasanya atau diadakannya kegiatan berupa tradisi Omed-Omedan yang merupakan tradisi saling berpelukan dan berciuman yang dilakukan oleh muda mudi di salah satu wilayah yang berada di Denpasar yaitu Br. Kaja, Desa Adat Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan.
Selain itu, ada pula di desa lain melakukan aktivitas ngejot pada saat Ngembak Geni atau tradisi saling berbagi makanan antar tetangga atau kerabat, terutama saat perayaan keagamaan yang mencerminkan toleransi atau kerukunan antar umat beragama di Bali. Maka dari itu, Ngembak Geni dijadikan momentum bagi umat Hindu untuk saling memaafkan antar sesama manusia sekaligus silaturahmi dengan tetangga atau kerabat dekat.
Dengan berbagai rangkaian nyepi seperti melasti (Upacara penyucian diri dan benda sakral dengan air suci di laut atau sumber mata air), dilanjutkan dengan Tawur Kesanga (Ritual persembahan kepada alam untuk menetralisir kekuatan negatif dan menjaga keseimbangan, dan ketika sore menuju malam dilakukannya Pangrupukan atau tradisi mengarak ogoh-ogoh yang melambangkan sifat buruk, kemudian dibakar sebagai simbol pembersihan.
Kemudian, pada hari berikutnya dilaksanakan Nyepi dan diakhiri dengan Ngembak Geni. Inilah proses pelaksanaan Nyepi dengan penuh makna dan filosofi yang bukan sekedar tradisi, tetapi memiliki makna mendalam bagi umat Hindu. Nyepi dijadikan momen untuk intropeksi dan meningkatkan kualitas spiritual.
Dari keheningan dalam Nyepi ini dapat mengharmoniskan tiga elemen utama dalam kehidupan manusia yang disebut dengan Tri Hita Karana, yaitu; (1) Parhyangan (mengharmoniskan manusia dengan Tuhan), Pawongan (mengharmoniskan manusia dengan sesama manusia), dan Palemahan (mengharmoniskan manusia dengan alam lingkungan).
Jadi, Hari Raya Nyepi adalah momen yang dinanti-nantikan oleh umat Hindu sebagai pelajaran yang berharga, dimana manusia diajarkan untuk damai dan intropeksi diri dengan melihat dirinya atau bercermin pada dirinya sendiri, baik dalam hal kebaikan maupun keburukan, yang hanya dapat diketahui oleh dirinya sendiri.
Selain itu, Nyepi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan serta membangun tolerasi dan rasa saling menghormati antar sesama manusia. Intinya, Hari Raya Nyepi merupakan momen yang penuh makna untuk kembali menata kehidupan dan meningkatkan kualitas spiritual dengan lebih damai, harmonis, dan penuh bijaksana.