Penutupan Festival Literasi Santri, Sanubari Bali hadirkan Founder Aswaja Dewata

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM | 

Sanubari Nuris sukses adakan Penutupan Festival Literasi Santri pertama di Bali dengan acara Webinar Interasional: Santri, Literasi dan Indonesia, Sabtu 4 Mei 2024 melalui kanal Zoom. Acara yang dihadiri santri baik daring maupun luring dari Pondok Pesantren Nurul Ikhlas Jembrana Bali mendatangkan M. Taufiq Maulana (Founder Aswaja Dewata) dan narasumber lainnya, M. Akmaluddin dan Fadhli Lukman (Dosen UIN Sunan Kalijaga) dan Dito Alif Pratama (Founder Santri Mengglobal).

Pengasuh Pontren Nuris, KH. Fathur Rahim

Acara ini dimulai dengan sambutan dari Pengasuh Pontren Nuris, KH. Fathur Rahim dan penyampaian opening remarks oleh Verena Meyer, Dosen Studi Islam di Asia Tenggara, Leiden University Belanda serta dimoderatori oleh Efri Arsyad Rizal, Founder Sanubari Nuris dan Mahasiswa Master University of Birmingham, UK. M.

 Taufiq Maulana mengawali materi dengan mengapresiasi sebesar-besarnya akan terselenggaranya Festival Literasi Santri Bali dan acara ini menjadi titik terang kesadaran literasi santri di Bali.

  “Kegiatan literasi ini sangat luar biasa karena saat pertama datang ke Bali, saya merasa (Bali) hanya tempat wisata dan cari uang (saja). Tidak ada generasi yg peduli literasi. Akhirnya sekarang di Bali ada gudang yang peduli literasi (yaitu Sanubari Nuris). Semoga nanti (kegiatan yang diselenggarakan) tidak hanya zoom, tapi festival literasi dengan scope lebih besar (secara langsung).” Ucap Mas Enha, sapaan akrab beliau.

 Beliau melanjutkan, awal mula ketertarikan menulis berasal saat dirinya masih menempuh studi sarjana. Enha memulai dengan mencatat dawuh Kyai Azaim semasa di pondok dan meminta koreksi beliau guna mendapat feedback.

 “Saya saat kuliah dulu, suka nulis artikel opini, fokus tentang dauhnya Kyai Azaim. Membuat catatan kemudian dikembangkan akhirnya menjadi berlembar-lembar. Setiap selesai saya minta dikoreksi dan beliau sangat suka dan (menyuruh saya) silahkan dilanjutkan karena tulisan nya bagus.” Terang beliau sembari bernostalgia semasa nyantri dulu.

 Tidak hanya itu saja, karirnya dia mulai dengan mengurus media online. Dan, hasil dalam tulisan tersebut menjadi buku yang diterbitkan.

 “(Saya sempat mengurus media) cyberdakwah.com tempat tulisan saya rilis yang sekitar 345 tulisan. Tulisan tersebut dikumpulkan dan dibukukan menjadi 1 buku. Satu tahun terbit 3 buku, 2 tahun 6 buku selama di pondok.” Lanjut beliau menerangkan.

 “Kunci literasi itu adalah banyak membaca. Jangan terlalu terpaku dengan aturan jurnalistik, itu hal belakangan. Apa yang ada dalam pikiran kita tulis saja. Setelah itu, diajukan untuk dikoreksi. Membaca, jangan terlalu terpaku aturan.” Tutup beliau sembari memberi motivasi kepada para santri agar produktif menulis.

Penulis: Tim Sanubari Nuris

 

diunggah oleh:

Picture of Muhammad Ihyaul Fikro

Muhammad Ihyaul Fikro

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »