ASWAJADEWATA.COM | Persoalan rasisme tidak pernah padam di negara Indonesia, sampai saat ini, kejadian ucapan kasar dan tak beradab waktu itu oleh orang tak dikenal pada warga Papua di Surabaya tak jua mereda. Hingga berujung pada sekian demonstrasi-demonstrasi dan telah menjadi diskursus publik.
Untuk meredam ketegangan tersebut, sejumlah tokoh memberikan pemahaman, kesejukan, menenangkan agar kondisi bangsa stabil.
Salah satunya Ida Tjokorda Pemecutan XI, dalam kesempatannya memberi sambutan pada acara peringatan tahun baru Islam berpesan agar tidak membeda-bedakan soal ras dan suku, karena pada dasarnya masyarakat indonesia mempunyai kewajiban menjaga Indonesia
“Jangan merasa paling nomer satu, kita jaga merah putih”, pesannya di Badung, (5/9).
Tjokorda meyakini, bahwa Indonesia masih mampu dan kuat menjaga NKRI. Karena aparat keamanan dan pemerintah setia kepada Pancasila.
“Polisi, TNI, dan camat masih setia kepada Pancasila,” tegasnya.
Dan juga masyarakat Bali Khususnya telah hidup guyub dan rukun sejak dulu walaupun beda agama, perwakilan Kesatuan Bangsa dab Politik (Kesbangpol) Badung menceritakan, bahwa di ujung Kabupaten Badung terdapat desa yang penduduknya saling menghormati dan bahu membahu.
“Ketika Muslim punya acara, kita (ummat hindu-red) membantunya,” kisahnya saat memberi sambutan.
Selain itu, Tjokorda berpesan agar pemerintah bersikap adil kepada masyarakat, baik masyarakat yang penghasilan kecil ataupun besar. Jangan sampai memanjakan yang kaya, tapi menindas yang lemah.
“Bagaimana memberantas kemiskinan, yang pejual asongan (miskin-red) dikejar-kejar, sedang yang besar (kaya-red) apa kabar”
Baginya tidak ada perbedaan masyarakat yang ada di Bali, baik pendatang atau pribumi. Karena semuanya memiliki kewajiban untuk memperkuat NKRI.
“Jangan membeda-bedakan ras dan suku,” katanya.
Sebagai penganut Hindu, dirinya kagum pada ajaran Nabi Muhammad yang terbuka pada semua golongan.
“Seperti di Madinah yang disediakan untuk siapa saja oleh Nabi,” pungkasnya.
(Rasyid)