ASWAJADEWATA.COM | SURAKARTA
Ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk menebar nilai toleransi di tengah masyarakat. Salah satunya melalui literasi.
Delapan SMA/SMK di Soloraya telah hampir dua tahun belajar dan mengaktualisasi prinsip-prinsip jurnalisme untuk mempelajari dan menyemai toleransi keberagaman. Mereka juga telah menandatangani komitmen mereka menjadi sekolah keberagaman pada Festival Literasi Keberagaman Melalui Jurnalisme yang digelar oleh Solopos Institut, Sabtu (26/3). Penandatanganan dilakukan di Stasiun Ketelan De Tjolomadoe, Colomadu, Karanganyar.
Melalui produk-produk jurnalistik berbasis keberagaman, siswa dan guru mampu menebarkan pesan-pesan toleransi. Produk-produk jurnalistik karya siswa dipamerkan pada Festival Literasi Keberagaman. Ada majalah, buletin, majalah dinding, kerajinan tangan yang ditata sesuai konsep yang telah dirancang oleh masing-masing SMA/SMK.
SMKN 2 Klaten memamerkan produk-produk jurnalistik salah satunya majalah dinding dengan tema kilas balik. “Kami dari SMKN 2 Klaten mengambil dua alur waktu. Ada masa lalu dan masa sekarang,” jelas Muhammad Arifin Ilham, pemimpin redaksi ekstrakurikuler jurnalistik SMKN 2 Klaten.
Konsep tersebut berusaha menggambarkan bagaimana keberagaman telah ada sejak dulu. Ada juga pesan yang ingin disampaikan bagi pembaca. Arifin menyampaikan keberagaman tak melulu menawarkan pertikaian. Ia mencontohkan bagaimana kekuatan perbedaan suku dan ras di Nusantara mampu bersatu melawan penjajahan Belanda waktu itu.
Konsep tersebut menggabungkan dua lini masa, dulu dan saat ini. SMKN 2 Klaten melalui madingnya juga menawarkan sejumlah solusi untuk menghadapi ancaman perpecahan yang terjadi saat ini. Di antaranya ajakan self love, hapus stigma buruk di tengah masyarakat, dan toleransi terhadap semua.
Sumber: Solopos