Haul Masyayikh PCNU Buleleng, Salah Satunya Keturunan Raja Panji Sakti

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM | BULELENG

PCNU Kabupaten Buleleng bakal mengadakan Haul Masyayikh empat tokoh Muslim dan NU pada hari Minggu (12/3/2023).

Keempat tokoh tersebut adalah; I Gusti Ketut Jelantik Celagi yang diyakini sebagai penulis mushaf Al Quran kuno yang kini tersimpan di Masjid Agung Jamik Singaraja. Tokoh berikutnya adalah KH. Muhammad Murtadha, Rois Syuriah pertama PCNU Kabupaten Buleleng tahun 1954. Kemudian KHR. Ali Mansur pencipta Shalawat Badar yang pernah tinggal di kampung Arab Kota Singaraja sebagai pegawai Departemen Agama RI tahun 1954-1956, dan yang terakhir adalah KH. Mohammad Hasan atau lebih dikenal sebagai Guru Hasan, ulama asli asal kampung Kajanan, Singaraja, yang juga Katib Syuriah pertama PCNU Kabupaten Buleleng.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang sosok keempat tokoh tersebut, berikut profil singkat mereka yang berhasil disusun dari berbagai sumber di Buleleng;

I Gusti Ketut Jelantik Celagi adalah sosok yang diyakini menulis Al-Quran Kuno, yang merupakan keturunan pendiri Kerajaan Buleleng, I Gusti Anglurah Ki Barak Panji Sakti. Menurut berbagai sumber, ia masuk Islam setelah terjadi peperangan internal di kerajaan Buleleng. Saat itu, ia yang masih kecil menyelamatkan diri dan sembunyi di Masjid Keramat Kampung Kajanan.
Kemudian ia diselamatkan dan diangkat anak oleh Syech Muhammad Yusuf, seorang guru agama setempat, yang diketahui berasal dari Makassar. I Gusti Ketut Jelantik Celagi belajar mengaji dan agama langsung dari ayah angkatnya. Konon zaman itu, untuk dinyatakan lulus ngaji, harus menuliskan Al-Quran secara utuh. Mushaf yang ditulis tangan tahun 1820 tersebut kini tersimpan di Masjid Agung Jamik Singaraja.

KH. Muhammad Murtadha merupakan Rois Syuriah pertama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Buleleng pada tahun 1954. Hidupnya diabdikan seluruhnya untuk kepentingan agama, sehingga oleh masyarakat, sosok yang juga dikenal dengan panggilan Guru Muh tersebut, diangkat menjadi Imam Masjid Agung Jamik Singaraja seumur hidup.
Saat itu banyak santri yang belajar langsung kepada Guru Muh baik untuk belajar Al-Quran maupun Kitab Kuning. Santri yang belajar bukan hanya dari Singaraja, tapi juga dari jauh seperti Jembrana dan Lombok.Karena ketokohannya, banyak Ulama yang datang ke kediamannya di Jalan Nangka Kampung Kajanan, salah satunya KH Wahab Chasbullah, Buya Hamka dan memiliki kedekatan dengan Presiden RI Pertama Soekarno. Beliau Wafat pada tahun 1974 dan dimakamkan di komplek pemakaman Kayu Buntil.

KHR. Ali Mansur merupakan Pencipta Sholawat Badar yang sudah sangat popular di masyarakat. Ia pernah menetap di Singaraja tepatnya di Kampung Arab sejak tahun 1954 sampai dengan 1956 bersamaan dengan tugas dari Kemetrian Agama. Di tahun itu juga, ia ditunjuk sebagai Ketua Konsul NU (Sekarang setingkat PWNU) untuk wilayah Bali-Nusa Tenggara.
Selama di Buleleng, Kiai Ali Mansur aktif berkeliling untuk berdakwah, sekaligus memperkenalkan NU kepada masyarakat. Menariknya, ada kesaksian para sesepuh yang dulu pernah mengikuti pengajiannya, Kiai Ali Mansur selalu melantunkan potongan syiir Solawat Badar diakhir ceramahnya. Artinya, besar kemungkinan Sholawat Badar ini ditulis di Bali dan kemudian disempurnakan ketika beliau pindah ke Banyuwangi pada tahun 1960an.

KH. Mohammad Hasan atau lebih dikenal dengan Guru Hasan adalah sosok ulama asli Kampung Kajanan yang mengajarkan Al-Quran dan Kitab Kuning. Pada saat pendirian NU, Guru Hasan ditunjuk sebagai Khatib Syuriah pertama PCNU Buleleng tahun 1954.
Setelah meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963, Guru Hasan bersama puluhan KK di singaraja mengikuti program transmigrasi ke Sumbawa. Disana selain berkebun, beliau tetap mengajar ngaji kepada penduduk setempat. Guru Hasan wafat sekitar tahun 1970, dan menurut informasi, makamnya yang ada di daerah Plampang Sumbawa ini, oleh masyarakat sekitar dianggap makam keramat sebagai bentuk penghormatan karena dakwah yang pernah dilakukannya.

Penulis: Abdul Karim Abraham | Editor: Dadie W Prasetyoadi

diunggah oleh:

Picture of Aswaja Dewata

Aswaja Dewata

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »