ASWAJADEWATA.COM
Mengapa Islam di Nusantara ini diterima dengan mudah sehingga menjadi agama yang mayoritas? Mengapa kehadiran Islam di Nusantara ini menjadikan pemeluknya memiliki karakter kultur yang lembut? Dan mengapa di Nusantara ini tidak pernah terjadi pertumpahan darah yang disebabkan dendam kepada Islam?
Pertanyaan tersebut terjawab dengan penjelasan Kiai Azaim, “Memang karakter masuknya Islam ke Nusantara ini mirip dengan karakter hijrah Nabi ke Madinah. Nyaris tidak ada pertumpahan darah, nyaris tidak ada peperangan, yang kemudian mewariskan dendam kesumat dari generasi ke generasi”
Sebagaimana kita mengetahui sejarah masuknya Islam yang dibawa oleh Walisongo. Para Walisongo yang datang ke Pulau Jawa, meski mereka beragama Islam tidak serta merta menampakkan identitas keagamaannya di tengah-tengah masyarakat yang ketika itu belum mengenal Islam.
Justru Walisongo menyesuaikan prilaku sosial sehingga mampu beradaptasi bersama masyarakat Jawa. Bahkan, Walisongo ikut serta dan melebur kedalam tradisi dan budaya setempat.
Dengan demikian, Islam diterima baik dan menjadi agama yang menjadikan para pemeluknya memiliki kultur yang santun hingga saat ini. Menurut Kiai Azaim, kehadiran Islam di Nusantara ini diperkirakan pada masa Sahabat.
Dawuh Kiai Azaim. “Kalau kemudian Islam itu diperkirakan masuk ke Sumatera atau daerah yang dikenal dengan serambi Mekah. Kira-kira di zaman Khulafaurrasyidin. Ada yang berpendapat di zaman Sayyidina Utsman. Wallahu a’alam”
Namun, kehadiran Islam yang sejak awal mendidikan karakter yang ramah sesuai kultur masyarakat Nusantara, kini telah diprovokasi oleh oknum yang mengatasnamakan Islam. Padahal, bukanlah ajaran Islam jika membawa dakwah kekerasan dan memecah belah. Na’udzubillah.
Tulisan ini bersumber dari channel you tube Val Hasan. (GusTama)
