NU Identitas dan NU Militan

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Muhammad Ihyaul Fikro’

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi terbesar di Indonesia, bahkan organisasi ini juga bergerak di luar negeri. Berdirinya NU pada 31 Januari 1926 merupakan respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial-masyarakat pada waktu itu.

Dengan konsep al-muhafadzah ala al-qadimi al -sholih wa al-akhdu bi al-jadidi al-ashlah, NU sangat diterima baik oleh kalangan masyarakat dari kelas atas hingga masyarakat pedesaan. Terlihat dengan kepengurusan organisasi NU yang dimulai dari PBNU (Pengurus Besar NU) hingga pada PRNU (Pengurus Ranting NU), bahkan kini telah menjangkau seluruh dunia.

Dengan memegang kokoh empat nilai dasar yaitu tawazun, tasamuh, tawassut, dan i’tidal, NU selalu jadi rujukan utama negara-negara lain dalam konteks Perdamaian, dan pengayoman dalam berdakwah terhadap umat. Maka tak diragukan lagi bahwa NU merupakan salah satu organisasi yang selalu mengedepankan kemaslahatan umat.

Namun mirisnya terkadang NU juga dijadikan tempat pelarian oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Hal ini sering kita temukan dan bisa kita katakan sebagai NU identitas. Artinya banyak sekali dari kita yang memanfaatkan NU sebagai identitas semata untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Kasus yang demikian tidak bisa kita biarkan, karena tujuan berdirinya NU selain melestarikan tradisi para sahabat dan ulama, NU juga didirikan untuk memberikan maslahah kepada umat. Terlebih lagi ketika memasuki tahun politik, banyak sekali orang yang mengklaim dirinya sebagai NU tulen atau kita sebut sebagai NU Militan.

Kemudian ada pula tipe orang yang ikut dalam organisasi NU dengan bergabung ke berbagai BANOM NU, tujuannya hanya ingin diakui kalau dirinya adalah orang NU. Padahal ketika kita memang benar-benar orang NU berarti kita memiliki tugas untuk mengamalkan dan mempertahankan ajaran-ajaran NU serta tidak mengotori NU dari hal-hal yang sifatnya politik praktis.

Tapi banyak juga kita jumpai NU yang sangat militan. Mereka ini tidak butuh pengakuan yang berbentuk identitas, melainkan secara kontekstual tujuan berdirinya NU diamalkan hingga ke sumsum tulang. Meneruskan perjuangan para muassis NU yang susah payah mendirikan NU agar tidak tercemari oleh orang-orang yang hanya butuh pengakuan tapi haliyahnya tidak ada. Maka dari itu mari kita niatkan diri kita untuk benar-benar mengabdi kepada NU, jangan jadikan NU sebagai persinggahan agar mendapatkan apa yang diri kita inginkan.

diunggah oleh:

Picture of Aswaja Dewata

Aswaja Dewata

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »