Penusukan Wiranto, Dari Kacamata Jurnalistik

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Muhammad Muhlisin

Angle atau point of view dalam ilmu jurnalistik bukanlah hal yang asing bahkan masih sangat dasar. Angle ini menentukan kemana arah sebuah tulisan itu diciptakan.

Terkadang kita perlu menggunakan Angle ini untuk mengamati sebuah tulisan. Agar tidak buru-buru menilai benar atau salah. Setidaknya kita tau dulu sudut pandang mana yang ia pilih.

Misal kasus Penusukan yang dialami Wiranto tempo hari. Banyak opini-opini bermunculan baik itu yang bersifat positif atau negatif. Tentunya orang-orang menjadi bingung, sebenarnya mana yang benar? Kok disini bilang begitu, disitu bilang begini dan sebagainya. Maka dari itu kita perlu memperluas sudut pandang agar tau kemana tulisan itu diarahkan.

Pertama kita melihat dari sisi kemanusiaan. Jelas kejadian yang dialami Wiranto sungguh memprihatinkan. Kita tentu tidak ingin jika diri kita atau keluarga kita mengalami hal yang sama. Maka wajar jika ada yang mengutuk perbuatan tersebut. Karena memang yang dilakukan sudah melebihi batas kewajaran.

Kedua, ada juga yang melihat dari sudut pandang politik. Dari sini kemudian akan melebar menjadi dua kubu yaitu kubu yang pro dan kontra. Pro disini artinya adalah tulisan-tulisan yang memberikan bentuk dukungan kepada Wiranto. Memberikan motivasi dan semangat hingga kecaman bagi pelaku penusukan. Sementara kubu kontra adalah mereka yang tulisannya cenderung berprasangka negatif dengan Wiranto dan menganggap kejadian tersebut wajar dilakukan oleh pelaku.

Kubu yang pro dengan pak  Wiranto akan menggangap penyerangan itu sebagai bentuk kekesalan dari mereka yang kalah. Maklum saja, Wiranto selama ini sepak terjangnya begitu tegas. Membubarkan ormas HTI, gencar mengejar jaringan teroris seperti ISIS, JAD dan sebagainya. Sepak terjang Menkopolkam ini memang luar biasa. Jadi wajar jika orang-orang yang berafiliasi dengan mereka kemudian berencana untuk menyingkirkan Wiranto

Sementara kubu yang kontra akan menganggap bahwa kejadian tersebut merupakan setingan, drama, pengalihan isu dan lain sebagainya. Dalam tulisannya akan selalu memojokkan pak wiranto maupun pemerintah. Bahkan ada juga yang sampai menunjukkan dukungan pada pelaku penusukan.

Dan terakhir ada yang melihat dari sudut pandang kebencian. Hal itu bisa dilihat dari tulisannya yang cukup brutal menghina Wiranto dengan melontarkan berbagai tuduhan. Tidak ada sedikitpun rasa empati apalagi penyesalan dengan kejadian tersebut. Yang ada tetap saja bentuk cacian, makian, sumpah serapah dan mengutuk pemerintah karena telah menangkap pelaku penusukan.

Ini baru sebagian kecil dari sekian banyak sudut pandang yang bisa dilihat. Point of view itu sendiri ditentukan oleh hati setiap penulis. Jika orang yang menulis tersebut hatinya baik maka ia akan menulis dari sudut pandang yang baik. Tapi jika orang yang menulis hatinya kotor maka ia akan menulis dari sisi negatif dengan tujuan yang tidak baik.  —

(Penulis adalah pegiat literasi dan jurnalistik NU)

diunggah oleh:

Picture of Aswaja Dewata

Aswaja Dewata

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »