ASWAJADEWATA.COM |
Oleh: Muhammad Ihyaul Fikro’
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang berarti “Barang Siapa yang berpuasa di Bulan Ramadhan dengan Rasa Iman yang mengharapkan ridho Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya yang lalu.
Kualitas dari puasa adalah bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus dari imsak sampai waktu berbuka, tapi bermakna memaksimalkan fungsi keutamaan dan manfaat dari puasa.
Puasa meningkatkan Kualitas diri dan kuantitas ibadah, jangan pula merasa terbebani dengan datangnya bulan Ramadhan, karena berpuasa hanya karena malu atau memenuhi kewajiban berarti puasa itu adalah puasa formalitas. Selain berpuasa menahan haus dan lapar, juga berpuasa untuk semua anggota tubuh yang yang kita miliki.
Puasa bukan hanya soal formalitas atau sekedar ritual ibadah. Puasa juga merupakan sisi dimensi teologis yang bersifat vertikal kepada Allah SWT dan sosiologis atau horizontal kepada sesama manusia. Atau bisa disebut dengan Habluminallah dan Habluminannas.
Dikatakan puasa mengandung dimensi sosial atau Hablum Minannas karena sering kita jumpai di tengah-tengah masyarakat sering ada kegiatan sosial berupa bagi-bagi takjil hal ini menunjukkan bahwasanya Puasa Ramadhan tidak hanya mengandung dimensi ubudiyah sebagaimana yang tertera dalam literatur kitab kuning baik klasik maupun kontemporer.
Namun melihat realita yang ada di tengah masyarakat dimana puasa juga mengandung dimensi muamalah secara umum. Maka dengan demikian, mari kita manfaatkan bulan suci ini untuk saling mengingatkan dan mengasihi satu sama lain agar kita bisa melaksanakan puasa ini sesuai dengan tujuannya.