Upaya pesantren mendidik santrinya tidak hanya ditempuh dengan cara-cara dalam kelas atau ngaji selama di pesantren, namun juga diajarkan langsung terjun ke masyarakat untuk mempraktekkam ilmu yang dimilikinya.
Seperti yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Salafiyah-Syafiiyah, Sukorejo Situbondo. Sebanyak 10 santrin yang tergabung dalam program Santri Kerja Nyata (SKN). Kegiatan ini dilakukan setiap tahun.
Kali ini, para santri mendapat tugas di wilayah pedalaman Kab. Buleleng, tepatnya Desa Sambirenteng Kec Tejakula. Jumlah Muslim disana ada 37 KK.
Menurut Ketua Ikatan Santri Salafiyah Syafiiyah (IKSASS) Kab. Buleleng, Abdul Karim Abraham yang lebih akrab disapa Karim, walaupun kebiasaannya, santri yang bertugas ditempatkan di wilayah yang ada alumni untuk memudahkan pelaksanaan, namun kali ini memilih ditempat yang justru sebaliknya, bahkan Wilayah Minoritas Muslim.
Tujuannya, menjalin atau memperkuat jalinan persaudaraan antar sesama muslim, kedua mengaplikasikan ilmu yang didapat selama di pondok pesantren kepada masyarakat. Ketiga, sebagai media pembelajaran bagi santri itu sendiri, bagaimana masyarakat Desa Sambirenteng bisa mempertahankan akidah agamanya di tengah akses dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang minim.
“Sekaligus santri juga belajar bagaimana muslim yang minoritas itu bisa menjalin hubungan harmonis bersama Umat Hindu,” ungkap Karim.
Ketika Karim bertanya kepada para santri bagaimana perasaannya ketika ditempatkan di wilayah Muslim Minoritas, meraka (para santri) merasa bersyukur bisa ikut kegiatan disana, di daerah yang sama sekali tidak dikenal.
“Kata adik-adik santri mereka mendapat pengalaman baru dan mereka menjadi sadar bahwa masyarakat membutuhkan ‘pengabdi’ yang siap terjun ke akar rumput,” terangnya.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan meliputi : Kajian keislaman, praktek ibadah untuk Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ), Tadarrus dan Hotmil Quran, Bakti Sosial berupa pembagian sembako.
“Khusus pembagian sembako para santri menyantuni tidak hanya kepada muslim, tapi juga saudara-saudara Umat Hindu,” terangnya.
Menurut Karim, kegiatan santunan tersebut membuktikan, bahwa toleransi yang diajarkan pesantren, khususnya Ponpes Sukorejo dalam hal kebaikan sosial berlaku untuk semua masyarakat tanpa melihat identitas apa agamanya.
“Seperti teladan Gusdur, bahwa ketika kita berbuat baik orang tidak akan bertanya apa agamanya,” lanjutnya.
Selaku Ketua IKSASS Buleleng, Karim berharap santri kedepannya bisa mempersiapkan diri, utamanya dalam bidang ibadah, seperti menjadi Imam Sholat, Khotib, Bilal, mimpin tahlil, dan ibadah terapan yang biasa dibutuhkan di masyarakat.
Ini dasar untuk nanti setelah menjadi alumni bisa langsung bermanfaat bagi masyarakat, utamanya dalam penugasan dakwah di daerah minoritas. Karena kedepan, saya berharap alumni pondok pesantren, bisa berkecimpung dalam dakwah dakwah di daerah minoritas.
“Sebab ketika kita abai, maka mereka akan ‘diopeni’ oleh pihak lain yang secara pemahaman keagamannya bertentangan dengan Ahlussunnah waljamaah,” terangnya.
Apalagi menurut Karim, Pengasuh Pesantren, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy sangat mendukung para santri atau alumni berdakwah di daerah minoritas.
“Alhamdulillah, bahkan direncanakan menempatkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ibrahimy (Unib) tahun 2025 di Buleleng sebanyak 6 posko KKN,” katanya.
Kehadiran para santri yang berdakwah di wilayah tersebut walau singkat dari 4-8 Maret mendapat sambutan positif dan masyarakat merasa senang.
“Respon masyarakat sangat welcome, selalu mendukung setiap agenda yg dirancang, dan mereka merasa ada yg memperhatikan sebagai minoritas,” katanya.
Penulis: Wandi Abdullah