Thursday 18th April 2024,

Mendewasakan Kecemburuan dalam Membela Agama

Mendewasakan Kecemburuan dalam Membela Agama
Share it

ASWAJADEWATA.COM – Sebagaimana dalam cinta, dalam agama pun juga harus ada cemburu. Cemburu sebagai bukti adanya cinta kepada seseorang, begitupun cemburu juga sebagai bukti cinta kepada agama. Seseorang yang beragama tentu harus memiliki rasa cemburu demi agamanya.

Jika orang yang mencintai cemburu ketika orang yang dicintai diganggu orang lain, maka seorang muslim pun juga harus cemburu ketika agamanya diganggu orang lain. Kecemburuan dalam cinta sebagai bukti bahwa orang itu benar-benar mencintai. Begitu juga dalam agama, seorang muslim pun juga harus memiliki rasa cemburu, guna membuktikan dirinya benar-benar meyakini agamanya dan serius menjalaninya.

Namun demikian, kecemburuan yang merupakan fitrah dalam kehidupan cinta, kadang membuat seseorang lepas kendali dalam mewujudkan sikapnya. Sehingga ketika kecemburuanya terlalu dalam, sikap yang menunjukkan dirinya cemburu juga keterlaluan. Tidak jarang orang yang mencintai melakukan hal-hal tidak pantas atau bahkan hal-hal bodoh ketika dia tidak mampu mengendalikan perasaan yang dihujam oleh rasa cemburu. Dan juga tidak jarang, ada orang yang bersikap heboh seolah dia merasakan cemburu karena hanya ingin dikatakan atau dianggap oleh yang dicintai, dia benar-benar cinta padanya.

Begitu juga kecemburuan dalam agama, seorang muslim yang mencintai agamanya, kadang keterlaluan ketika menunjukkan kecemburuannya. Sehingga sikapnya melampaui batas dari ajarannya sendiri, semisal tidak mempertimbangkan keadaan dan kondisi sekitar. Yang dikhawatirkan, sikap yang keterlaluan itu hanya sebagai simbol pribadi atau simbol kelompok bahwa dirinya atau kelompoknya diakui membela agama. Lebih parahnya lagi, khawatir itu merupakan bungkus yang didalamnya memuat ambisi atau politik yang mementingkan pihak tertentu.

Untuk menghidar dari sikap kecemburuan yang keterlaluan atau melampaui batas, perlu mengklafikasi sifat cemburu itu sendiri. Kecemburuan dipandang dari aspek sikap seseorang ada dua, ada kecemburuan yang dewasa dan ada kecemburuan yang tidak dewasa. Kecemburuan yang dewasa adalah kecemburuan yang didasari dengan logika yang sehat sehingga kemudian sikap dari kecemburuan itu tidak keterlalaun. Sementara kecemburuan yang tidak dewasa adalah kecemburuan yang lepas kontrol dari logika yang sehat sehingga tampaklah sikap yang keterlaluan.

Seseorang yang merasakan cemburu tidak akan melakukan hal-hal yang tidak pantas atau bodoh, ketika dia mendasari kecemburuannya pada logika yang sehat, meskipun rasa cemburunya sangat dalam. Begitu juga dalam agama, ketika seorang muslim merasa cemburu karena agamanya diganggu, dihina atau pun dinodai, dia tidak akan melakukan hal-hal yang bodoh, anarki, dan brutal, ketika dia mendasari kecemburuannya pada logika yang sehat, yang menyadari pada ajaran agamanya sendiri. Bahkan ketika sikap yang seolah menunjukkan kecemburuan pada agamanya yang ternyata itu memiliki ambisi atau unsur politik, tidak akan pernah terjadi. Karena logika yang sehat tidak akan pernah menerima sesuatu yang buruk, bahkan akan menentangnya.

Memang, cemburu sebagai sifat seorang muslim. sehingga ketika agama Allah dihina, dianggap tidak benar, atau akan dimusnahkan, jika seorang muslim cinta pada agama Allah, mereka pasti cemburu. Namun, dewasa ini ada yang menunjukkan kecemburuannya dengan sikap yang melebihi batas, sampai merusak dan menhancurkan fasilitas umum, bahkan menyakiti saudaranya dengan ancaman dan caci maki. Apakah itu efektif? Apakah itu menunjukkan bahwa Islam rahmatan lil’alamin? Semisal ingin menghancurkan tempat-tempat maksiat lalu caranya menggunakan pentungan dengan berpakaian Islami seraya mengucapkan takbir. Apakah itu dakwah yang menyentuh hati manusia agar berubah, atau untuk menarik kembali agar mereka kembali ke jalan Allah?

Apakah tidak ada jalan lain yang lebih tepat yang tak perlu menggunakan cara-cara keras dan menyakiti serta mencaci maki? Jika tetap terus menggunakan cara-cara demikian, maka yang terjadi akan menjadi tunggangan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kita sebagai umat muslim harus memiliki rasa cemburu atas agama kita, tapi jangan bodoh ketika hendak menunjukkan sikap kecemburuan itu. Kita harus cerdas. Kita harus menilai terlebih dahulu tentang sikap kecemburuan kita, apakah akan memberi nilai manfaat atau maslahah atau malah membuat mudharat?

(Muhammad)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »