Monday 29th April 2024,

Ramadhan Membangun Ukhuwah Islamiah dan Merajut Kebersamaan

Ramadhan Membangun Ukhuwah Islamiah dan Merajut Kebersamaan
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Syahru’ Syiam. bulan dimana umat Islam di seluruh dunia tengah menjalani ibadah bulan suci Ramadhan dengan cara menahan lapar haus. Dari terbitnya matahari hingga terbenam ditandai adzan Maghrib (waktu berbuka). Bulan Ramadhan memberi banyak pelajaran bagi kita semua umat Islam, salahsatunya menahan amarah  selama menjalani ibadah puasa. Rasa marah akan sangat merugikan kita. Otomatis mengurangi pahala hanya jadi sebatas menahan lapar dan haus saja.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita jumpai adanya benturan pemikiran dan munculnya perasaan yang menimbulkan perselisihan. Karena sejatinya watak manusia satu dengan yang lain berbeda, walau sebenarnya perbedaan itu adalah anugerah.

Tidak bisa kita pungkiri adanya perbedaan antar sesama dalam kehidupan sehari-hari seringkali muncul akibat kurang saling memahami karakter yang ada dalam diri masing-masing.

Islam sebagai agama yang rahmah dan welas asih menekankan pada muslim dan muslimah untuk seraya merajut Ukhuwah islamiyah yang memiliki arti yakni persaudaraan antara muslim satu dengan yang lainnya. Konsep ini memberikan pembelajaran kepada setiap muslim di dunia agar menganggap muslim lain sebagai saudaranya tanpa didasari stigma buruk apapun, baik latar belakang, keturunan, kebangsaan, atau pertimbang-pertimbangan lain.

Selain itu, secara sederhana menurut hemat penulis diartikan sebagai suatu ikatan akidah yang bisa menyatukan hati semua umat Islam di dunia. Meskipun ada perbedaan tanah tumpah darah, suku, ras, etnis, budaya, bahasa dan bangsa yang berbeda. Namun umat Islam semuanya senantiasa terikat antara satu sama lain, sehingga akan dapat membentuk suatu hubungan harmonis umat yang sangat kokoh.

Implementasi dari Ukhuwah Islamiyah ini  harus benar-benar ditegakkan dengan baik. Ditegakkan bukan hanya sekadar simbol dan semboyan saja, tetapi harus berusaha diinternalisasikan kepada seluruh umat Islam secara menyeluruh.

Seringkali kali kita masih menemukan kondisi yang masih dibilang tidak mencerminkan ukhuwah islamiyah, meskipun pada dasarnya masih dengan saudara sendiri sesama muslim. Padahal, kenyataanya para pimpinan ormas Islam yang ada di Indonesia telah mencontohkan dengan baik nilai nilai kerukunan dan persaudaraan yang tinggi. Kita lihat bagaimana hubungan baik antara pengurus Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah terbangun. Ditingkat pusat persaudaraan antara keduanya sudah dipraktekkan oleh beliau-beliau secara langsung dan terjalin dengan baik. Misalnya juga berbeda dalam penentuan dan ketentuan awal puasa Ramadhan yang biasanya menimbulkan multi tafsir lalu cenderung akhirnya menyulut munculnya perbedaan.

Namun, sayangnya terkadang seseorang yang sudah merasa cukup puas dengan keadaan kondisi dirinya merasa paling benar sendiri. Cenderung tidak mau melihat apa yang sudah dicontohkan oleh para elit organisasi itu. Konsep Ukhuwah Islamiyah tersebut juga harus bisa menyentuh akar rumput, ditingkat pedesaan. Tak jarang masih banyak pemikiran kolot dan masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dalam situasi global sekarang, harus mampu beradaptasi dengan keadaan yang terjadi. Seringkali implementasi di tingkat atas tidak diikuti di kalangan akar rumput pengikutnya.

Namun sejatinya, esensi Ramadhan ini kita maknai sebagai bulan yang penuh dengan keberkahan, ampunan (maghfirah) serta setiap amalan-amalan baik bernilai pahala yang berlimpah. Hendaknya pergunakan waktu yang ada sekarang ini untuk terus meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah SWT agar terhubung dan segala sesuatunya selalu mendapatkan ridlo-Nya.

Semoga di bulan ramadhan ini menjadikan madrasah sebagai penempaan diri
menjadi kesempatan waktu yang baik bagi kita untuk bisa membersihkan segala macam residu-residu dalam diri manusia yang berisi keserakahan, kesombongan, dendam, dan lainnya. Ramadhan memberi pelajaran kepada diri penulis dan bagi para pembaca yang budiman sebagai cermin untuk berupaya maksimal membentuk karakter diri menjadi pribadi yang bertakwa. Mari kita jadikan Ramadan sebagai momentum memperkuat persaudaraan, ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah.

Penulis: A’isy Hanif Firdaus, S.Ag. (Pegiat Literasi pengurus LTN PCNU Kabupaten Brebes, Jateng)

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »