Friday 13th September 2024,

Tidak Hanya Mengajar Santri dan Berdoa, Kiai Juga Merespon Kebutuhan Masyarakat dan Jadi Tameng NKRI

Tidak Hanya Mengajar Santri dan Berdoa, Kiai Juga Merespon Kebutuhan Masyarakat dan Jadi Tameng NKRI
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Gelar kiai merupakan gelar non akademik yang didapatkan tanpa harus mengenyam dunia akademik. Gelar tersebut diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang tentunya memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dengan aktivitasnya sebagai pengajar beberapa kitab-kitab klasik Islam kepada para santri dan jamaahnya.

Meskipun dahulu, seseorang menyandang gelar Kiai sejatinya hanya patut dialamatkan kepada orang yang mengasuh dan memimpin pesantren, tetapi era sekarang gelar Kiai juga diberikan kepada beberapa orang yang memiliki keunggulan dalam menguasai ajaran-ajaran agama Islam serta mampu memberikan pengaruh  besar kepada masyarakat.

Disini penulis akan mengurai tugas Kiai yang pada era sekarang sangat krusial. Terdapat dua tugas dan peran kiai yang harus ditiru atau dilanjutkan oleh para generasi penerusnya.

Meskipun para kiai-kiai terdahulu hidup dengan sangat sederhana, namun semangat dalam berdakwah untuk mengajak orang-orang yang belum mengenal dan memeluk agama Islam yak pernah surut. Biasanya para Kiai ini berdakwah di kawasan pedesaan dan perkampungan, dan tak segan-segan menjadi pengayom serta menolong masyarakat yang sedang mengalami kesusahan hidup. Maka Peran dan tugas ini disebut Ri’ayatul ummah; dengan membantu memecahkan permasalahan-permasalahan dalam hidup.

Kiai di era sekarang juga tidak kalah dan  alergi terhadap transformasi teknologi yang semakin canggih. Sentuhan dakwah yang berbeda sebagai respon terhadap perkembangan digital pun milai dilakukan. Metode dakwah lewat medsos saat ini memang menjadi salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk menyampaikan dakwah. Artinya menggunakan kecanggihan teknologi informasi yang ada kini untuk kebutuhan menyiarkan agama Islam dengan rahmah Lil Alamin.  Bisa melalui live YouTube, Instagram, maupun live Facebook.

Mengapa ini harus dilakukan? Karena zaman dimana kecanggihan teknologi sudah semakin maju marak. Banyak ditemui konten-konten yang cenderung menghina dan menghasut Islam dengan segala hinaan yang sudah terkonsep dengan sedemikian rupa untuk dapat merongrong agar Islam dijauhi oleh penganutnya sendiri. Seperti konten-konten yang berisi ujaran kebencian, berita hoax, fitnah, hasut, ataupun kedengkian dengan tujuan mengerdilkan peran para kiai yang sejatinya punya segudang ilmu agama Islam yang mumpuni.

Terbukti jika para kiai menggunakan media dakwah bil medsos ini, dakwah menjadi lebih efektif. Sarana tersebut memudahkan dakwah untuk lebih relate dengan permasalahan di kalangan remaja. Karena remaja saat ini lebih menyukai penyampaian informasi pengetahuan agama dengan cara yang rileks dan santai tanpa mengurangi hormat terhadap Kiai.

Point dakwah yang disampaikan Kiai melalui media sosial harus padat, menarik serta menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami. Hal ini tentu akan menambah antusiasme jamaah, sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dalam mendengarkan ceramah. Walhasil dakwah bil medsos ini memiliki peran penting sebagai sarana dalam menyebarkan pesan-pesan Islam secara global (universal).

Mengutip pernyataan Mantan Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar bahwa menjaga keamanan sebuah bangsa merupakan kewajiban bagi sebagian umat beragama, termasuk umat Islam. Sebab, keamanan negara merupakan syarat utama berjalannya syariat Islam di sebuah negara. Dalam hal ini, Kiai Marzuki juga menegaskan bahwa menjaga keutuhan negara bukan hanya tugas aparat keamanan seperti Polri, TNI, dan pemerintah saja. Namun, juga merupakan tugas semua kalangan, termasuk umat Islam.

Selaras dengan pernyataan kiai Marzuki Mustamar tersebut, penulis meyakinkan bahwa peran Kiai sebagai poros utama dalam menjaga keutuhan NKRI sangatlah sentral. Contohnya melalui dzikir istighotsah, manaqib dan pembacaan hizb. Beberapa cara itu diyakini bisa menghindarkan segala marabahaya atau musibah yang sedang melanda. Dengan tentunya hanya berserah kepada Allah SWT.

 

Hemat penulis, sejatinya dakwah tidak harus menunggu menjadi Dai, Ustad atau Kiai dahulu. Minimal menjadi orang yang mengaplikasikan ilmu ilmu untuk kebaikan dan bersikap baik kepada siapapun, itu sudah cukup lumayan. Hanya saja itu masih bersifat dakwah untuk diri sendiri entah kemudian orang lain mengikuti dan meniru karenanya. Karena jika menganggap kebaikan yang telah dicontohkan untuk ditiru akan dapat mengakibatkan kesombongan dalam dirinya.

Maka dari uraian diatas, terdapat dua tugas Kiai. yaitu memberikan pemahaman keagamaan kepada umat (tafaqquh fiddin) dan komitmen menjaga keutuhan negara (himayatuddaulah) melalui jalan dakwah lewat media.

Mari kita do’akan bersama semoga para kiai-kiai Nahdlatul Ulama khususnya diberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya, dan diberikan kesabaran dalam membimbing serta menuntun umat di era derasnya arus teknologi informasi yang kian hari kian meningkat. Sebagai santri, kita tak bosan-bosan terus menunggu segala petuah-petuah kebaikan yang diberikan oleh kiai. Sebagai proses pembentukan karakter. Tentu tak lupa juga untuk bertindak takdziman dengan menghormati keilmuan serta kealiman dari para kiai-kiai kita, serta berperan aktif dalam segala kegiatan yang dapat menumbuhkan wawasan keilmuan Islam yang rahmatan Lil Alamin.

Wallahu A’lam Bish Showwab

Penulis: A’isy Hanif Firdaus, S.Ag. (Pegiat Literasi, Pengurus LTN PCNU kabupaten Brebes Jateng)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »