ASWAJADEWATA | BONDOWOSO
Berbagai kegiatan dihelat untuk menyambut perayaan 1 Abad NU baik kegiatan yang memang secara resmi dibuat oleh pengurus NU secara kelembagaan atau kegiatan yang dilaksanakan secara swadaya oleh warga NU di berbagai daerah.
Salah satu agenda yang masuk bagian kedua acara di atas adalah acara Bahtsul Masail U 17 yang dilaksanakan di Pesantren Manbaul Ulum, Bondowoso.
Bahtsul Masail ini tidak seperti BM pada umumnya, yang dihadiri oleh para Ustadz senior dan para kiai, acara ini menghadirkan peserta yang masih berusia muda atau junior, sesuai namanya, Under 17, di bawah usia 17.
Dr. KH. Kholil Abd. Djalil, selaku ketua panitia sekaligus pencetus dan pengawal utama acara ini sejak awal, menyebut acara ini dirancang untuk menjadi wadah dialektika keilmuan para santri, khususnya masih muda.
Para santri diberi ruang untuk menyampaikan gagasan, berdiskusi, peka pada masalah keagamaan yang ada di masyarakat.
“Karena kita ingin pesantren se-Eks Karisidenan Besuki maju secara keilmuan dan berbagai bidang lainnya”, ujar cucu menantu Kiai Raden As’ad Syamsul Arifin itu.
Sementara Dr. Kiai Miftahus Surur selaku ketua Yayasan dan tuan rumah mengatakan sangat senang dengan acara ini karena menjadi ruang untuk belajar. Ruang belajar bukan hanya para santri sebagai peserta tetapi juga bagi moderator, perumus dan seluruh elemen dalam acara.
Doktor lulusan UIN Sunan Ampel itu juga menjelaskan bahwa para sahabat, santri langsung Nabi Saw. zaman dulu memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah keagamaan.
Dalam konteks ini, Bahtsul Masail juga memiliki semangat yang sama sebagaimana dulu dilakukan para sahabat.
Bahstul Masail yang diikuti pesantren se-Eks Karisidenan Besuki ini membahas dua masalah: 1. Datang Umroh Dipanggil Haji. 2. Standart Salat Jamaah di Mesjid.
Acara ini sudah berlangsung sejak tahun 2016 silam. Dan acara perdana dilaksanakan di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. (*)