ASWAJADEWATA.COM-Jika ekonomi seseorang mapan maka kehidupannya juga akan mapan. Jika ekonomi suatu Negara kuat maka Negara itu akan kuat. Ekonomi memang menjadi ukuran mapan dan kuatnya seseorang atau Negara. Sebaliknya, jika ekonominya lemah atau hancur maka dimungkinkan seseorang atau Negara itu menjadi lemah atau bahkan bisa hancur.
Namun demikian, ekonomi juga harus diperhatikan dari aspek sistemnya. Jika sistemnya dari sesuatu yang baik dan halal maka hasil dari ekonomi otomatis baik dan halal. Sebaliknya, jika yang menjadi sebab sistem ekonomi itu dari sesuatu yang buruk maka hasilnya dikhawatirkan buruk juga.
Ketika sesuatu itu menjadi sistem ekonomi, maka sesuatu itu akan berkembang dan menjadi kuat seiring berkembang dan kuatnya ekonomi. Karena ekonomi menjadi kebutuhan semua orang, namun tidak semuanya peduli terhadap sesuatu yang menjadi sistem ekonomi itu berkembang dan kuat. Terlebih ekonomi yang hanya bertujuan keuntungan alias kapitalisme.
Oleh sebab itu, jangan sampai keburukan atau kemaksiatan yang menjadi sistem ekonomi. Kabaikan atau kesalehan yang harus menjadi sistem ekonomi. Gus Baha’ memberi pesan, “Saya mohon, Anda dalam kesalehan kalau bisa menjadikannya sistem ekonomi, supaya lebih kuat”.
Karena ketika kesalehan menjadi sistem ekonomi, maka kesalehan itu akan berkembang dan semakin kuat seiring berkembang dan kuatnya ekonomi yang menghasilkan dan mensejahterakan. Gus Baha’ memberi contoh seperti Ka’bah. Allah berfirman,
جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِلنَّاسِ
“Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia” (QS. Al-Maidah: 97)
Ka’bah tidak hanya sebagai tempat kesalehan bagi umat muslim, tetapi juga telah mewujudkan sistem ekonomi yang sangat kuat. Gus Baha’ memberi contoh, “Sekarang pesawat-pesawat sedunia kalau musim haji pada senang karena diorder oleh Negara yang memberangkatkan jamaah haji”.
Tapi, jika ternyata yang menjadi sistem ekonomi adalah sesuatu yang buruk atau kemaksiatan, maka keburukan dan kemaksiatan itu akan menjadi kuat dan berkembang. Gus Baha’ memberi contoh “Seperti tempat-temat maksiat dulu, seperti Dolly dan Keramat Tunggak. Itu yang protes bukan cuma pelacurnya. Tapi pedagan mie protes, supir taksi juga protes, tukang ojek juga protes. Padahal mereka orang saleh, artinya tidak melakukan “gituan”. Itu karena sudah menjadi sistem ekonomi”
Kalau kemaksiatan sudah menjadi sistem ekonomi yang kuat dan semua orang bergantung pada ekonomi yang demikian, maka sulit untuk dihapus. Karena semua orang yang sudah menggantukan biaya hidupnya dari ekonomi itu, akan merasa kehilangan matapencahariaannya.
Oleh sebab itu, pesan Gus Baha, kesalehan harus menjadi sistem ekonomi agar kesalehan itu menjadi kuat karena orang sudah bergantung pada penghasilan ekonomi yang sistemnya dari kesalehan. Makanya, orang-orang saleh harus mampu memiliki ekonomi yang kuat, agar sistem ekonomi terwujud dari sesuatu yang baik.
Atau orang-orang saleh harus merapat dalam arti dekat kepada para pebisnis atau pemerintah yang membuat kebijakan dalam ekonomi, tujuannya tentu untuk bersama-sama mewujudkan sistem ekonomi yang baik dan saleh, demi meraih kehidupan yang berkah dari ekonomi yang halal. Tapi tidak sedikit-sedikit harus berlabel syari’ah lho, ya!