ASWAJADEWATA.COM |
Seminggu lalu saya bersama istri beruntung diundang menyaksikan konser langka ” Joey Alexander, Homecoming Concert”. Saya bilang beruntung, karena konser ini memang cenderung “silent Concert” utk undangan terbatas dan lebih bersifat charity, juga karena kebetulan kami (saya dan istri) diminta oleh penyelenggara untuk merekomendasikan beberapa hal menyangkut pemain pedamping untuk Joey ( sidemen) juga urusan sound system. Mungkin pihak penyelenggara sudah mengenal kami yang juga sebagai Penyelenggara Ubud Village Jazz Festival, sebuah internasional jazz festival yang sudah 7 kali kami selenggarakan yang tentunya sudah terbiasa dengan standard internasional untuk urusan konser jazz.
Singkat cerita, dengan segala pertimbangan dan pengalaman, kami rekomendasikan IB Indra Gupta (contra bass) dan IB Gustu Brahmanta (Drums) sebagai musisi sidemen, serta AA Anom Darsana (AKA Antida Darsana) untuk bertanggung jawab dalam urusan Sound System. Syukur kepada Tuhan rekomendasi kami diterima oleh pihak penyelenggara dan oleh pihak Joey.
Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Sabtu 5 Desember 2020. Bagi saya dan istri yang juga musisi, amat-sangat paham peran vital rhythm section dalam music jazz, apalagi dalam format yang kecil yaitu trio, ditambah lagi dengan style yang seperti Joey mainkan.
Namun apa yang terjadi? kedua putra daerah ini ternyata mampu dan sanggup mengerahkan segala yang dimiliki untuk melayani permainan Joey. Indra dan Gustu memang bukan Ruben dan Gregory. tentu tidak bisa apple to apple. Tapi konser malam itu jelas tetap menjadi “world class-show”. Menjadi tontonan yang rancak, enak dan tentunya berkualitas tinggi.
Hal lain yang juga sangat vital adalah sound system. tata suara yang sempurna bagi audience amatlah penting bagi suatu konser musik yang mengutamakan detail dan dynamic semacam jazz. Mixing Acoustic jazz dengan Pop/fusion ataupun rock tentulah amat berbeda. Sound bagus ga ada hubungannya dengan kemampuannya memekakkan telinga. Anon Darsana yang juga co-founder dari Ubud Village jazz Festival (UVJF),dengan segudang pengalaman turut mixing dalam UVJF patut diacungi jempol. Sound nya terasa jazz banget deh. Sudah standard internasional banget bagi saya.
Musisi-musisi jazz di Bali, terutama yang muda-muda, secara kemampuan sudah banyak yang bagus-bagus. Semoga terus tergali lagi. Untuk mereka saya ada satu masukan berdasarkan pengalaman saya. Musik itu Jujur, jazz itu jujur. Di dalamnya ada Maqam (level). Kalau kalian hanya melulu lihat dunia jazz internasional dari Youtube, anda akan ciut duluan. Karena disana yang kalian lihat adalah musisi-musisi kelas atas, prodigy, atau legend. Percayalah dimanapun di kolong dunia, Level itu selalu ada. Ada yang sudah bagus banget mainnya namun jauh lebih banyak yang masih ga karu-karuan. Dengan level yang kalian miliki sekarang, galilah kepercayaan diri. Asalkan jujur dan apa adanya. Jangan minder untuk memulai “menjual” diri anda ke dunia internasional. Pangsa dan segmen kalian pasti ada diluar sana. Persiapkan diri dengan “profesionalisme”, karena selain musik, ini yang pertama dilihat. Persiapkan musik kalian, jelajahi dan kirim submision ke festival-festival di manca negara. Cari sponsor untuk berangkat. kalian layak didengar oleh mereka diluar sana! jangan mikirin fee (Kalau anda belum dikenal, masih muda, sebagus apapun musiknya, jarang ada festival yang mau bayar..percayalah). Nah, kalau anda diminta main oleh festival di suatu negara, carilah club gig utk uang jajan.
Namun di luar itu semua, hal-hal ini memang amat membutuhkan passion yang besar. Sebesar apa passion anda dalam bermusik, itu juga yang akhirnya menyeleksi kalian akan seperti apa ke depannya.
(Penulis adalah pegiat musik Jazz Bali dan Founder Ubud Village Jazz Festival)
Sumber: Fb Yuri Mahatma