ASWAJADEWATA.COM |
Tidak ada hubungan yang paling dicintai dan diridoi oleh Allah, selain hubungan antara guru dan murid. Demikianlah dawuh Gus Kautsar. Ketika seseorang belajar atau mengaji kepada seorang guru, maka ketika itulah terjalin hubungan yang diridoi Allah.
Hubungan antara guru dan murid harus senantiasa terjaga dan erat hingga akhir hayat, bahkan akan terus tersambung hingga kelak di akhirat. Bagi seorang guru, tentu hubungan ini tidak akan pernah diputus. Karena pasti dalam setiap sujud, dzikir dan doanya, seorang guru tak pernah melupakan muridnya.
Namun, hubungan antara murid dan guru bisa terputus karena dari muridnya. Sebab tidak semua murid memperhatikan hubungan dirinya dengan gurunya. Maka, tidak heran jika ada seorang murid terlepas atau bahkan membelot dari langkah jalan gurunya.
Lalu bagaimana seorang murid menjaga hubungan dengan gurunya? Menjaga dalam arti tetap setia pada gurunya meski secara fisik berjauhan atau sudah lama tidak berjumpa.
Kiai Azaim dalam penyampaiannya bersama Gus Baha’ yang diunggah dalam channel you tube OFFICIAL LP3IA dengan judul Ngaji Khataman Kitab Syariatullah Al-Khalidah Gus Baha dan KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy.
Dalam video tersebut Kiai Azaim meyampaikan, “Abuya menyampaikan bahwa murid yang baik, ketika dia menjaga wirid gurunya kemudian menjaga ilmu gurunya. Ini adalah wafa’, kesetiaan”
Demikian cara seorang murid menunjukkan kesetiaannya sekaligus menjaga hubungan pada gurunya, dengan menjaga wirid gurunya. Misal jika santri Sukorejo maka menjaga wirid Ratibul Haddad dengan cara mengamalkannya secara rutin. Kemudian menjaga ilmu dengan cara mengajarkan ilmu yang diajarkan gurunya atau kitab yang dikarang gurunya. Tentu yang lebih penting mengamalkan ilmu dari gurunya.
Mengaku setia kepada seorang guru bukan berarti selalu dekat secara fisik. Kiai Azaim berpesan, “Jadi, kesetiaan itu bukan sebentar-sebentar sowan, malah ngeroweti gurunya. Bukan itu, tetapi ketika kita di tempat yang berbeda dengan tugas yang ditempatkan oleh guru kita, masih ada ittishalurruhani bil aurad wal adzkar, kemudian biluzumil kutub. Ini adalah wafa’, kesetiaan dalam makna yang sesungguhnya”
Semoga kita sebagai murid atau santri senantiasa diberikan kekuatan hati oleh Allah untuk terus menjaga hubungan bersama guru dan mengikat kesetiaan hingga kelak di akhirat, amin. (GT)