Menjadi Generasi Gus Dur

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

NU tidak akan kehabisan generasi untuk melanjutkan perjuangan para muassis. Pada saat dai di luar NU viral dan menguasai media sosial, sempat temen-temen NU gelisah dan khawatir. Khususnya temen-temen pegiat media sosial. Bertanya-tanya, siapa kira-kira dari kalangan NU yang mampu menandingi atau paling tidak mengimbangi di media sosial?

Karena memang, saat itu dai di luar NU digandrungi bener. Bahkan menjadi rujukan beragama. Di kampus-kampus, ketika menyampaikan pendapat dalam diskusi-diskusi, rujukannya pasti ustadz ini dan ustadz itu. Dai dari NU sepi dari sebutan di ruang atau forum kampus. Semua ini karena mereka telah menguasai media sosial.

Siapa gerangan yang akan tampil dari NU di media sosial? Di saat mereka semakin gencar di media sosial, kita masih mencari dan bertanya-tanya. Bukan karena kita tidak seahli mereka dalam ilmu agama. Justru kita lebih dari mereka. Tetapi, saat itu kita masih kolot dalam wawasan dunia digital. Saking kolotnya, media sosial diharamkan. “Masa ngaji disyuting”, gitu katanya.

Namun, semua kegelisahan dan kekhawatiran itu lenyap berkah dawuh Gus Dur ,“Anak muda NU akan bangkit 10 tahun lagi. Kita akan panen. Mereka akan kalah dengan anak muda kita”. Dawuh ini sungguh nyata. Generasi NU tampil mewarnai media sosial. Bahkan dai-dai (mereka) yang sejak awal viral dan dikenal karena media sosial, kini mereka mengakui dan mengagumi dai-dai dari NU.

Gus Dur sudah pasti menjadi rujukan dan teladan bagi para generasi NU. Dalam meneladani Gus Dur, semua generasi NU harus mengetahui, memahami, dan mengamalkan sesuatu yang telah dilakukan Gus Dur untuk NU. Setiap apa yang dilakukan Gus Dur, semuanya memiliki nilai-nilai pengabdian dan perjuangan yang luar biasa.

Menurut pengamatan saya, dasar dan prinsip Gus Dur dalam mengabdi kepada NU adalah keilmuan, keikhlasan, dan keberanian. Tiga dasar-prinsip inilah yang menjadikan Gus Dur mampu memberi teladan bagi para generasinya.

1. Keilmuan. Kita semua mengetahui betapa Gus Dur memiliki keilmuan di atas rata-rata. Potensi keilmuan Gus Dur memang sudah nampak sejak usia sangat dini. Hikayat tentang keilmuan Gus Dur sudah banyak kita ketahui. Namun yang ingin saya sampaikan pada poin ini adalah, menjadi generasi itu harus berilmu. Mungkin kita tidak bisa sealim, seahli atau sehebat Gus Dur. Tetapi, sebagai generasi yang unggul, syarat utamanya memang wajib berilmu.

2. Keikhlasan. Keikhlasan Gus Dur bisa kita nilai dari kesederhanaan dan kesungguhan beliau dalam mengabdi dan berjuang. Banyak kisah yang telah membuktikan itu. Yang paling nampak nyata dari keikhlasan Gus Dur adalah tidak ada kepentingan apapun kecuali demi kebenaran dan keadilan bagi sesama. Dari keikhlasan Gus Dur, hingga saat ini terus dikenang dan diteladani oleh orang-orang bahkan di luar NU dan luar Islam. Hanya ketulusan yang memberikan kesan dan pesan baik hingga diteladani oleh banyak orang.

3. Keberanian. Tetapi keberanian Gus Dur tidak sembrono apalagi konyol. Ya, tetap berdasarkan keilmuan dan keiklasannya. Setiap memberikan pernyataan dan melakukan tindakan, Gus Dur pasti sudah melalui ejaan keilmuannya. Yang lebih penting, ucapan dan tindakannya benar-benar ikhlas, tidak ada kepentingan apapun kecuali demi kebenaran dan keadilan untuk sesama. Gus Dur tidak pernah memiliki kepentingan pribadi. Inilah yang membuat Gus Dur berani.

Ketiga dasar dan prinsip ini yang harus dimiliki oleh generasi NU dalam mengabdi dan berjuang, khususnya mengabdi dan berjuang di NU. Kalau ada yang menyangkal, Gus Dur menjadi begitu kan karena keturunan kiai besar dan wali, kita mana bisa meniru Gus Dur? Nah, ini perlu pembahasan lain

Penulis: Muhammad Taufik Maulana

 

 

diunggah oleh:

Picture of Muhammad Ihyaul Fikro

Muhammad Ihyaul Fikro

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »