Friday 26th April 2024,

Gelgel, Komunitas Masyarakat Muslim Pertama di Bali

Gelgel, Komunitas Masyarakat Muslim Pertama di Bali
Share it

ASWAJADEWATA.COM | Tulisan catatan sejarah yang memuat kisah terbentuknya komunitas awal muslim di Pulau Bali telah banyak dibahas dalam berbagai buku, salah satunya lewat buku  ‘Muslim Bali, Mencari Kembali Harmoni yang Hilang‘ oleh peneliti LIPI  Dhurorudin Mashad (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,2014). Buku tersebut menjadi salah satu sumber referensi yang digunakan dalam penulisan Buku ‘Fikih Muslim Bali‘ (Razka Pustaka,2018) oleh tim LTNNU Provinsi Bali.

Dari seluruh komunitas Islam Bali, muslim Gelgel yang berdiam di Kabupaten Klungkung dalam catatan sejarah terhitung paling tua keberadaannya. Mereka yang terutama tinggal di Gelgel bahkan tercatat sebagai generasi pelopor muslim di wilayah Bali pada umumnya. Kedatangan muslim generasi paling awal ini dilakukan orang Jawa sebelum masa pemerintahan Dalem Waturenggong (1460-1550) atau tepatnya era Dalem Ketut Ngelisir (1380-1460) yang bertepatan era Hayam Wuruk memerintah Majapahit (1350-1389). Dalem Ketut Ngelisir mengadakan kunjungan ke Majapahit ketika Prabu Hayam Wuruk mengadakan konferensi kerajaan-kerajaan vassal (taklukan) di seluruh Nusantara di awal 1380 an. Ketika kembali ke Gelgel Dalem Ketut Ngelesir diberi Prabu Hayam Wuruk 40 orang pengiring yang semuanya beragama Islam.

Empat puluh orang muslim yang mengiringi Ngelesir dari Majapahit, akhirnya menetap bertindak sebagai abdi dalem kerajaan Gelgel. Keempat puluh orang ini menempati satu wilayah pemukiman pemberian raja, serta kawin mawin dengan wanita lokal. Mereka membangun masjid Gelgel yang kini  menjadi masjid tertua di tanah Bali. Sejak itu komunitas muslim mulai ada di tanah Bali. Wilayah Gelgel ini masih tetap eksis sampai sekarang, yang secara administratif masuk kedalam wilayah Kabupaten Klungkung.

Ada lima kampung muslim yang ada di Kabupaten Klungkung yaitu Gelgel, Lebah, Jawa, Kusamba, dan Toya Pakeh. Lima kampung muslim ini merupakan kampung kuno, karena hingga saat ini di Kabupaten Klungkung tidak begitu banyak muslim yang hijrah dan membuat komunitas baru muslim. Meski ada, tidak signifikan dan mereka pun berkumpul di kampung muslim kuno, atau berbaur dengan umat Hindu setempat.

Seperti di daratan Jawa, islamisasi lewat perdagangan, perkawinan, bahkan muhibbah politik juga terjadi di Bali, baik dalam konteks lama maupun dalam konteks kekinian. Hanya saja perkembangan Islam di Bali tidak secerah Jawa. Meskipun demikian pada tahun 2010 tercatat di Kabupaten Karangasem sudah ada sekitar 26 kampung muslim yaitu Bukit Tabuan, Kampung Anyar, Karang Sasak, Tibulaka Sasak, Tihing Jangkrik, Karang Cermen, Nyuling, Ujung Pesisi, Ujung Sumbawa, Ujung Desa, Segara Katon, Dangin Sme, Bangras, Karang Langko, Karang Tohpati, Kampung Ampel (termasuk Grembeng, Geria Tegeh), Karang Tebu, Jeruk Manis, Gelumpang Suci, Karang Sokong, Telaga Mas, Kecicang, Kedokan, Saren Jawa, Sindu, Buitan.

Menyusul di Kabupaten Buleleng ada beberapa daerah komunitas muslim yaitu wilayah Buleleng Kota dan Sukasada, Kampung Pegayaman, Tegal Linggah, Kajanan, dan Kampung Bugis. Seiring berjalannya waktu, kemudian terbentuk pula komunitas-komunitas muslim di daerah barat Buleleng seperti Seririt dan Gerokgak.

Di Jembrana ada di Desa Baluk (dahulu masuk Desa Banyubiru), Kampung Loloan, dan Air Kuning. Di Tabanan terletak di Kampung Jawa atau Tunggal Sari, Kampung Candi Kuning di Bedugul/Baturiti, Kampung Soka dan Senganan. Di Kabupaten Bangli berada di Komunitas Muslim di Bangli Kota: Pura Langgar di Bunutin, dan Kampung Sudihati di Kintamani.

Sementara di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung terdapat beberapa kampung atau komunitas muslim, seperti Kampung Islam Kepaon, Kampung Muslim Serangan, Kampung Jawa, Angantiga, Tuban, dan Suwung. Seiring perkembangan, umat muslim di Kota Denpasar dan Badung dapat dijumpai juga di beberapa tempat yang berbaur dengan masyarakat Hindu Bali.

(dad)

Sumber: Buku Fikih Muslim Bali

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »